Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Akibat Tongue Tie Menyusu Jadi Tak Sempurna

image-gnews
modernhomemodernbaby.com
modernhomemodernbaby.com
Iklan

TEMPO Interaktif,Sebagai ibu muda, Sri Suminar, 32 tahun, merasa tidak ada yang aneh saat bayinya menyusu dengan durasi hingga satu jam. Perih dan lecet pada puting payudara akibat isapan sang buah hati tidak terlalu dihiraukannya.

Apalagi Indonesiana Ayuningtyas Wicaksono menunjukkan pertumbuhan yang normal. Pada bulan pertama, bobot Nesia (begitu si buah hati disapa)--yang lahir dengan berat 3,2 kilogram--bertambah 1,1 kilogram. "Perkembangannya bagus," kata Sri, yang akrab dipanggil Ayie, kepada Tempo, Ahad lalu.

Namun perkembangan Nesia berubah pada bulan kedua. Putri sulung Ayie itu tak lagi terlalu bersemangat menyusu, sehingga berat badannya hanya bertambah 0,5 ons. Saat berkonsultasi dengan dokter, didapati Nesia mengalami tongue tie (tali lidah pendek), yang menyebabkan dia tidak dapat menyusu dengan sempurna.

Tongue tie tergolong kelainan bawaan yang terjadi pada pita lidah atau tali jaringan ikat yang menghubungkan dasar lidah dengan ujung lidah bagian bawah. Dalam keadaan normal, lidah akan elastis. Gerakannya tidak akan terganggu, baik untuk menyusu, makan, membersihkan gigi dari sisa makanan, maupun untuk berbicara.

Tapi pada bayi yang mengalami tongue tie, selaput tali lidah yang pendek akan membatasi semua aktivitas itu. Bayi akan kesulitan menggerakkan lidah, termasuk untuk menyusu, dan akan membuat lidah berbentuk seperti jantung saat dijulurkan.
Tidak ada catatan pasti berapa banyak kasus ini terjadi di Indonesia. Tapi tongue tie diperkirakan terjadi pada 4 orang dalam populasi 1.000 orang.

University of Cincinnati, Amerika Serikat, pernah melaporkan, sekitar 16 persen bayi yang mengalami kesulitan menyusu mengalami tongue tie. Southampton General Hospital, Inggris, juga menemukan bahwa sekitar 10 persen bayi yang dilahirkan dalam suatu area di negeri itu mengalami tongue tie.

Atas saran dokter, Ayie, yang tinggal di kawasan Beji, Depok, Jawa Barat, akhirnya membawa putri sulungnya ke rumah sakit anak di Kemang untuk menjalani pengguntingan selaput tali lidah. Prosesnya sederhana, tak sampai 30 detik. Hasilnya, setiap kali menyusu, Nesia cuma butuh 15 menit sudah merasa puas. "Dua hari setelah digunting, berat Nesia naik hingga 90 gram," ujar Ayie.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut dokter Sandra Sullivan dari University of Florida, Amerika Serikat,
pengguntingan tali lidah memang bisa membuat bayi lebih mudah menyusu dan pertumbuhan bayi kembali normal. Dia mencontohkan kasus seorang bayi berusia enam bulan yang berat badannya lebih rendah dibanding saat dilahirkan. Ketika dirawat di rumah sakit, dalam 36 jam berat badannya bertambah hampir 1 kilogram. "Padahal yang kami lakukan hanya memotong tali lidahnya," tutur Sandra seperti dikutip Sciencedaily beberapa waktu lalu.

Selain kesulitan menyusu, bayi yang mengidap tongue tie biasanya akan mengalami beberapa kesulitan. Misalnya, perkembangan bicaranya terganggu dan dapat menyebabkan kesalahan artikulasi kata-kata, terutama pada huruf-huruf yang membutuhkan gerakan lidah ke atas, seperti pengucapan huruf R dan L. Selain itu, kemampuan lidah untuk membersihkan gigi berkurang dan dapat menyebabkan jarak antargigi menjadi renggang.

Jika bayi Anda mengalami hal itu, jangan panik, dan berkonsultasilah kepada dokter. Sebab, tongue tie mudah dikoreksi dengan tindakan bedah, baik frenotomy, yang hanya memotong tali jaringan ikat, maupun frenuloplasty, pembebasan tali jaringan ikat secara keseluruhan. Kalau setelah dibedah anak mengalami keterlambatan perkembangan bicara, berkonsultasilah lebih lanjut dengan dokter. Sebab, tongue tie tidak menyebabkan keterlambatan bicara.

Mendiagnosis Tongue Tie

1. Melihat secara langsung penampilan dan gerakan lidah bayi.
2. Dari sisi ibu seperti adanya lecet serta rasa sakit dan perih pada puting payudara saat bayi menyusu.
3. Melihat dari sisi bayi, misalnya rendahnya berat badan, muntah, dan tersedak saat menyusu.
4. Kurangnya mobilitas lidah yang berpengaruh pada kecepatan dan akurasi dari gerakan lidah.
5. Kesulitan bayi dalam makan akibat lemahnya koordinasi dari otot-otot dalam mulut.
6. Adanya masalah pada gigi bayi, misalnya gigi yang renggang.
7. Bicara dengan suara yang tidak terlalu jelas.

AMIRULLAH

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

1 hari lalu

Petugas kesehatan melakukan imunisasi pada balita saat pelayanan imunisasi Rotavirus (RV) di Posyandu Nirwana, Kecamatan Karang Tengah, kota Tangerang, Banten, Selasa, 15 Agustus 2023. Imuniasi yang diberikan pada bayi umur 2-4 bulan tersebut bertujuan untuk mencegah diare berat serta mengatisipasi terjadinya stunting. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.


6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

2 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?


Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

9 hari lalu

Jajaran direksi PT Konimex dan PT Indordesa, serta dari Laboratoires Grand Fontaine menggelar konferensi pers peluncuran produk baru FontLife One di Hotel Alila Solo, Jawa Tengah, Jumat, 26 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.


Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

10 hari lalu

Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain River Warrior Indonesia (Riverin) Bergabung dalam Pawai untuk mengakhiri Era Plastik, Ottawa, Kanada 21 April 2024. Foto dok: ECOTON
Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.


Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

10 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan peninjauan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, pada Senin, 22 April 2024. Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi meninjau langsung fasilitas dan alat-alat kesehatan yang ada di RSUD tersebut. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.


5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

11 hari lalu

Ilustrasi wanita alami kepala pusing saat bangun tidur. Foto: Freepik.com/Jcomp
5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.


Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

11 hari lalu

Konferensi pers kandungan racun dalam pelet plastik daur ulang yang dilakukan Ecoton di Gresik, Jawa Timur, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Nur Hadi
Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang


Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

11 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?


Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

15 hari lalu

Petugas Bea dan Cukai tengah melakukan pengecekan pita cukai rokok di Kantor Bea dan Cukai, Jakarta, Selasa 19 Desember 2023. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan 17 juta pita cukai baru untuk memenuhi kebutuhan pada awal tahun 2024. Hal ini juga sejalan dengan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan. Tempo/Tony Hartawan
Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.


Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

18 hari lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com
Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.