TEMPO.CO , Jakarta:- Nasihat yang diberikan ibunya masih jelas terngiang di benak Erwin Parengkuan, "kamu itu keturunan gula, jangan sembarangan makan." Sebagai pengidap diabetes melitus, sang ibunda memang sangat memperhatikan setiap asupan makanan yang dikonsumsi. Setiap jenis makanan dan porsinya dihitung kandungan kalorinya dengan ketat.
Petuah itu membuat Erwin menjadi lebih disiplin dalam mengkonsumsi makanan. Apalagi ayah empat anak ini suka makan camilan berupa kue kering dan kue basah. Padahal, penganan itu belum tentu dapat dinikmati oleh semua orang, khususnya bagi orang dengan masalah gula darah. "Kerap pengidap diabetes terpaksa menikmati cookie dan cake dengan rasa yang hambar karena terbatasnya pilihan," kata Erwin.
Berangkat dari hal itu, Erwin dan istrinya, Jana, memperkenalkan produk baru di restorannya, khusus untuk pengidap diabetes melitus. Kue-kue itu antara lain Diabetic Dark Chocolate with Cashew, Diabetic Lemon Poppyseed Cookies, Diabetic Oatmeal Cookies, Diabetic Carrot Cake, dan Diabetic Oat Cranberry Cake. Semuanya dibuat dari bahan-bahan rendah kalori.
Yang dilakukan Erwin tentu saja positif. Masalahnya, tak banyak tempat makan seperti itu. Artinya, penderita diabetes tetap kesulitan mencari makanan yang rendah kalori. Namun, apakah penderita diabetes memang harus berpantang gula mati-matian seperti itu?
Menurut Samuel Oetoro, dokter spesialis gizi klinik pada Siloam Hospitals Semanggi, Jakarta Selatan, makan kue kering atau kue basah bagi pengidap diabetes sebenarnya tidak menjadi masalah. "Yang penting jumlah kalori jangan berlebih," kata Samuel.
Kebutuhan kalori bagi pengidap diabetes adalah 30-40 kilokalori per kilogram berat badan. Bila diasumsikan berat badan 50 kilogram, kebutuhan kalori adalah 1.500-2.000 kilokalori. Nah, kebutuhan kalori dalam sehari ini mesti dibagi-bagi waktunya. "Kalau misalnya jam 10.00 pagi makan camilan 300 kilokalori, nanti makan siangnya dikurangi," ujar dia.
Samuel menjelaskan, camilan yang dimakan pun mesti yang sehat. Bentuknya bisa buah atau penganan yang bebas gula. Saat memakannya, lebih bagus kalau setiap dua suapan diiringi dengan minum air putih. Hal itu dilakukan supaya camilan yang telah masuk ke lambung cepat mengembang dan menimbulkan rasa kenyang. "Jangan krenyas-krenyus berkali-kali, di akhirnya baru minum," ujarnya.
Selain bebas gula, makanan yang dikonsumsi harus yang tinggi serat. Tujuannya adalah agar rasa kenyang yang dirasakan lebih lama. Makanan tinggi serat umumnya juga memiliki indeks glikemik yang rendah. Indeks ini menunjukkan potensi peningkatan gula darah dari asupan karbohidrat atau gula yang terdapat pada suatu makanan.
Peningkatan gula darah terjadi dalam waktu sekitar dua jam. Pada makanan dengan angka glikemik yang tinggi, karbohidrat dengan cepat diolah menjadi gula dan produksi insulin pun meningkat. Karena cepat dicerna, rasa lapar pun cepat hadir kembali. Sebaliknya, pada makanan dengan angka glikemik yang rendah, makanan akan lebih lama dicerna sehingga produksi insulin pun lebih rendah.
Samuel mencontohkan, beberapa makanan yang mengandung angka glikemik yang tinggi adalah nasi putih dan roti tawar. Kandungan gula pada dua jenis makanan itu sangat tinggi. "Apalagi nasi yang pulen, seperti nasi Jepang, itu kandungan gulanya sangat tinggi," kata dia.
Pengidap diabetes juga mestinya tidak perlu khawatir untuk mengkonsumsi cokelat. Cokelat boleh dimakan dengan catatan tanpa gula. Yang lebih bagus lagi, kata Samuel, adalah yang kandungan cokelat hitamnya hingga 60 persen. Meskipun terasa pahit, kandungan flavonoid dalam cokelat hitam bisa melebarkan pembuluh darah. "Sebab, problem pada pengidap diabetes salah satunya adalah terjadinya penyempitan pembuluh darah," kata Samuel.
l AMIRULLAH