Waktu itu, tanpa sengaja, pergelangan tangannya terciprat air jenazah Nurdin M Top. Alhasil, ia mengalami gatal-gatal, meski sudah memakai sarung tangan. Tapi ia tidak berpikir itu sebuah pertanda jelek atau baik. Ia mengatakan selalu memperlakukan semua jenazah secara sama.
Baginya, memandikan dengan tubuh hancur tak berbentuk, sudah bukan hal aneh. Yang paling diingatnya adalah ketika memandikan jenazah korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, tahun lalu. Saat itu dirinya terkejut. Bukan karena aromanya menyengat hidung. Melainkan "keder" menyusun bagian tubuh korban yang terpisah. Seperti main "puzzle", ia pun menyusun kaki, tangan dan leher agar sesuai letaknya sebelum dimandikan.
Mayat yang datang di RS Polri, kata dia, tidak pernah mengenal waktu. Meski sudah lelap tertidur di tengah malam, kadang ada saja petugas datang membawa mayat anonim. Kebanyakan, yang matinya karena kecelakaan, seperti dilindas truk atau kereta api.