Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jangan Buat Tato di Tahi Lalat dan Tanda Lahir

image-gnews
Ilustrasi tato. Discovery.com
Ilustrasi tato. Discovery.com
Iklan

TEMPO.CO, New York--Tato semakin menjadi gaya hidup, tak hanya di Amerika tetapi juga di Indonesia. Namun tahukah Anda, ada bahaya tersembunyi dari tato tersebut?

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal JAMA Dermatologi mengungkapkan bahwa membuat tato di atas tahi lalat atau tanda lahir membahayakan kesehatan. Hal ini dikarenakan tato di atas tahi lalat membuat sulit untuk mendeteksi terjadinya kanker kulit, ungkap para peneliti seperti dikutip situs Health Day edisi 31 Juli 2013.

Para ilmuwan dari Jerman ini menunjuk kasus pria muda yang mengalami melanoma pada jejak kulit berwarna (tahi lalat atau tanda lahir) dengan tato selama dan antara fase pembersihan tato secara laser.

Sebanyak 16 kasus terjadinya melanoma dengan tato dilaporkan dalam jurnal berbahasa Inggris, ungkap para peneliti. "Secara umum, tato tak seharusnya ditempatkan pada jejak berpigmen, jika iya, maka tato tak seharusnya diobati dengan laser," kata para peneliti yang diketuai oleh Dr. Laura Pohl dari Laserklinik Karlsruhe.

Dermatologis dari Amerika juga mengamini bahwa tahi lalat seharusnya bukan area yang boleh dipasangi tato. "Sebanyak 50 persen dari semua kasus melanoma terjadi pada tahi lalat," ujar Dr. Hooman Khorasani dari Icahn School of Medicine di Mount Sinai, di New York City. "Sulit untuk mengamati tahi lalat yang tertutup tato karena tinta tato berkamulfase di tahi lalat dan kadang-kadang mengganggu beberapa peralatan yang digunakan untuk mendeteksinya," lanjut dia.

Pembersihan tato, sambung Khorasani, membuat pengamatan pada tahi lalat semakin sulit dilakukan. "Sekali Anda melakukan pembersihan tato secara laser, laser ini juga akan membersihkan pigmen yang dibuat oleh sel-sel melanoma yang disebut melanocytes," ujar dia.

Karena itu, ia menambahkan, jika ada pigmen tidak biasa yang seharusnya dicurigai, tak bisa dideteksi dengan mudah. "Ini yang menyebabkan beberapa subtype melanoma yang disebut amelanotic melanomas, lebih berbahaya dan agresif."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saran yang diberikan untuk mengatasi hal tersebut, kata Khorasani, "Jika memungkinkan, hindari tinta berwarna gelap di atas tahi lalat Anda, sebab mereka bisa menjadi kamuflase untuk tahi lalat itu dan membuat pengawasan menjadi lebih sulit," kata dia. Ia juga meminta para penggemar tato untuk mempertimbangkan kembali jika ingin membuat tato baru di tubuhnya.

Para peneliti Jerman juga setujui dengan Khorasani bahwa penilaian kulit secara rutin seharusnya dilakukan saat seseorang melakukan pembersihan tato secara laser. Jika ada kecurigaan mengenai kanker kulit, luka tersebut seharusnya dibersihkan sebelum dilakukan pembersihan tato secara laser, kata mereka.

Bisakah tato itu sendiri memicu melanoma? "Kebanyakan hal tersebut terjadi akibat penggunaan tinta tato atau prosesnya," kata Dr Doris Day, dermatologis di Lenox Hill Hospital di New York City. Namun ia sepakat dengan pakar lain bahwa "tato bisa mengungkap terjadinya melanoma yang saat ini meningkat kasusnya, baik pada kulit normal atau dari tahi lalat yang tertutup tinta tato."

HEALTH DAY I ARBA'IYAH SATRIANI

Terhangat:
Mudik Lebaran | Ahok vs Lulung  | Anggita Sari

Baca juga:
Tidur Mendengkur Lebih Berbahaya Dibanding Rokok

Layanan Rumah Sakit Terkenal Belum Tentu Terbaik

Ade Rai Dan Buku Ketujuhnya

Panjang Umur dengan Sayur

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

2 hari lalu

Ilustrasi perempuan olahraga di gym. Foto: Freepik.com/Jcomp
Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.


Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

6 hari lalu

Ilustrasi wanita lari di atas tangga. Unsplash.com/EV
Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot


Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

13 hari lalu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (tengah) didampingi oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Mendagri Tito Karnavian, MenPAN-RB Azwar Anas, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta sekaligus Kasetpres Heru Budi Hartono saat meresmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama atau Hospital Based (PPDS RSPPU) di RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta, Senin, 6 Mei 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.


Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

15 hari lalu

Petugas kesehatan melakukan imunisasi pada balita saat pelayanan imunisasi Rotavirus (RV) di Posyandu Nirwana, Kecamatan Karang Tengah, kota Tangerang, Banten, Selasa, 15 Agustus 2023. Imuniasi yang diberikan pada bayi umur 2-4 bulan tersebut bertujuan untuk mencegah diare berat serta mengatisipasi terjadinya stunting. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.


6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

15 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?


Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

22 hari lalu

Jajaran direksi PT Konimex dan PT Indordesa, serta dari Laboratoires Grand Fontaine menggelar konferensi pers peluncuran produk baru FontLife One di Hotel Alila Solo, Jawa Tengah, Jumat, 26 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.


Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

24 hari lalu

Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain River Warrior Indonesia (Riverin) Bergabung dalam Pawai untuk mengakhiri Era Plastik, Ottawa, Kanada 21 April 2024. Foto dok: ECOTON
Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.


Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

24 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan peninjauan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, pada Senin, 22 April 2024. Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi meninjau langsung fasilitas dan alat-alat kesehatan yang ada di RSUD tersebut. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.


5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

24 hari lalu

Ilustrasi wanita alami kepala pusing saat bangun tidur. Foto: Freepik.com/Jcomp
5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.


Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

25 hari lalu

Konferensi pers kandungan racun dalam pelet plastik daur ulang yang dilakukan Ecoton di Gresik, Jawa Timur, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Nur Hadi
Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang