Secara spesifik, peneliti menemukan kaitan antara terpenuhinya sebuah hubungan dan variasi gen atau alel, yang dikenal sebagai gen 5-HTTLPR. Semua manusia mewarisi salinan variasi gen ini dari orang tuanya.
Partisipan penelitian dengan dua alel 5-HTTLPR yang pendek kebanyakan tidak bahagia atas pernikahan mereka saat ada banyak emosi negatif. Mereka paling bahagia ketika ada emosi positif. Sebaliknya, orang dengan satu atau dua alel panjang merasa kurang peduli dengan suasana emosi pernikahan mereka. Dengan kata lain, mereka kurang sensitif soal urusan suasana emosional.
"Kita selalu berusaha memahami resep maraih hubungan yang baik, dan emosi terus muncul sebagai unsur penting," kata Levenson yang telah mempelajari 150 pasangan menikah selama lebih dari 20 tahun.
Meski demikian, peneliti mewanti-wanti bahwa temuan ini tak berarti pasangan dengan variasi gen 5-HTTLPR yang berbeda bukanlah pasangan yang cocok. Sebaliknya, ini menunjukkan bahwa mereka yang mempunyai dua alel pendek lebih mungkin untuk berkembang dalam hubungan yang baik atau justru menderita dalam hubungan yang buruk.
Untuk studi ini, partisipan memberikan sampel DNA mereka. Peneliti lalu mencocokan genotip mereka dengan kadar kepuasan pernikahan dan suasana emosional dari interkasi mereka yang dilakukan di laboratorium. Untuk pasangan dengan dua alel 5-HTTLPR pendek, yang merupakan 17 persesn pasangan yang dipelajari, peneliti menemukan korelasi kuat antara nada emosi dari percakapan mereka dan bagaimana mereka merasakan tentang pernikahan mereka.
Di sisi lain, untuk 83 persen pasangan dengan satu atau dua alel panjang, kualitas emosional dari diskusi mereka menunjukan tidak ada korelasi pada kepuasan pernikahan mereka.
Hasil penelitian ini dipublikasikan secara online di jurnal Emotion.
AMIRULLAH
Berita Populer
Inikah Foto Daryono, Sopir 'Misterius' Akil?
Tersangka Suap Hambit Bintih Menang di MK
KPK Panggil Ratu Atut di 'Jumat Keramat'
Akil Mochtar Bisa Dijerat Pencucian Uang
MK Buka Kotak Pos Pengaduan Etik Hakim