TEMPO.CO, Kwatisore - Di perairan Kwatisore, Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Papua, tim Tempo (penulis Wahyuana Wardoyo dan fotografer Rully Kesuma) menyelam pada Oktober lalu. Ini perjalanan yang tak biasa. Di tempat inilah wisatawan bisa melihat hiu paus dari dekat. Turis asing pun tak bosan-bosan datang ke perairan indah ini.
Sewaktu menyelam di sana, saya pun bertemu dengan rombongan penyelam dari berbagai negara yang tergabung dalam trip Seahorse. “Bulan ini kami tiga kali ke Kwatisore, membawa 16 orang sesuai kapasitas kapal,” ujar Joe Bates, warga Inggris yang merupakan direktur operasional Seahorse. Hari itu ia memakai kacamata hitam, baju santai, topi lebar penahan panas, dan berbahasa Indonesia lancar.
Joe tampak akrab berbaur dengan para nelayan. Tiga tamunya dengan peralatan fotografi bawah air sibuk melakukan pemotretan hiu paus dengan dua model cantik. “Kami membawa rombongan pemotretan untuk majalah Ocean Geographic,” ujar Txus Reiriz, pengusaha asal Spanyol pemilik Seahorse. Mereka membayar Rp 10 juta kepada nelayan bagan selama tiga hari. “Kami membayar mereka agar tidak memancing. Kami tidak ingin tamu-tamu kami terkena pancing ketika menyelam,” ujar Joe Bates.
“Ini satu-satunya di dunia. Di tempat-tempat lain, seperti di Australia atau Thailand, susah sekali menemukan hiu paus. Mereka selalu hidup di kedalaman dan jarang muncul di permukaan. Kadang, kami harus menggunakan helikopter untuk mencarinya. Kalaupun bertemu, paling hanya 5-10 menit, sehingga wisatawan harus berenang cepat untuk bisa melihatnya langsung. Tetapi, di sini, hiu paus muncul sepanjang tahun dan mau berinteraksi dengan manusia. Ini yang kami cari,” ujar Txuz Reiriz. (Baca Edisi Khusus Surga Wisata Indonesia)
TIM TEMPO | AMIRULLAH