TEMPO.CO, Jakarta - Wisata ziarah Gunung Kemukus di Jawa Tengah menjadi pemberitaan media televisi Australia, Special Broadcasting Service. SBS adalah satu dari lima lembaga penyiaran dengan jaringan luas di Australia. Dalam program Dateline di SBS One yang berjudul "Sex Mountain", wartawan SBS Patrick Abboud bingung saat melihat praktek ritual seks di Gunung Kemukus yang bercampur dengan prostitusi.
“Sangat sulit untuk tidak peduli pada kontroversi yang sangat jelas di sini, tapi para peziarah sungguh percaya pada tradisi tersebut,” kata Abboud dalam teks video yang dipublikasikan dalam situs SBS, Selasa, 18 November 2014. Dia mewawancarai sejumlah peziarah yang melakukan ritual di Gunung Kemukus, Kabupaten Sragen.
Mardiyah, misalnya, seorang peziarah yang diwawancarai Abboud, berujar, “Saya datang ke sini untuk mencari keberuntungan.” Dalam wawancara itu, Mardiyah mengaku sudah menjalin hubungan dengan Parman, seorang lelaki yang juga peziarah.
“Dia sudah menikah, dan itu kadang menjadi masalah juga untuk saya. Kadang istrinya marah karena hal ini,” ujar Mardiyah dalam tayangan itu. Namun Mardiyah menjadi satu contoh, yang dikutip oleh Abboud, sebagai peziarah yang dianggap menuai "hasil" dari ritual yang sudah dilakukannya selama tujuh kali.
“Setelah tujuh kali kunjungan, meski saya punya sedikit utang, saya bisa membayarnya dengan lunas. Apa pun yang saya jual menuai keuntungan, meskipun itu sangat kecil, meskipun enggak banyak. Saya bersyukur pada Allah dan juga tempat ini,” katanya.
Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Koentjoro Soeparno, yang juga diwawancarai dalam tayangan video ini menyebutkan ritual seks dalam ziarah makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus sebagai paradoks. “Ini hal yang aneh. Paradoks. Ada masjid di sekitar lokasi, tapi ini juga menjadi tempat perbuatan seksual yang terlarang. Mereka berdoa dan mengatakan amin serta berdoa secara Islam,” kata Koentjoro yang sudah meriset ritual itu selama 30 tahun. “Ini munafik.”
Abboud juga mewawancarai penjaga pintu masuk kawasan soal ritual seks yang disebut jamak terjadi di sana. “Saya tidak pernah bilang bahwa kondisi ritualnya harus menyertakan hal itu (seks). Ini adalah sesuatu yang mereka ingin lakukan. Peziarah seharusnya datang ke sini dengan jiwa dan raga yang bersih,” kata si penjaga.
Liputan SBS ini juga dirilis menjadi artikel oleh media Inggris Daily Mail. “Ritual aneh ini melibatkan pria yang sudah menikah, ibu rumah tangga, pejabat pemerintah, hingga pekerja seks komersial,” tulis Daily Mail.
SUBKHAN
Terpopuler
Puteri Indonesia Pariwisata Siap Berlaga di Warsawa
Vol Au Vent dan Pomelo Salad di Resto Patheya
Proyek untuk Sanitasi Lebih Baik di Masa Depan
40 Persen Penduduk Tak Punya Akses Sanitasi Layak
Pekerja Sif Malam Lebih Cepat Gemuk