INFO SEHAT - Pasien penderita Parkinson biasanya terlihat tak dapat mengendalikan gerakan tangannya serta sulit mengangkat tubuhnya dari tempat duduk. Namun, dengan perkembangan teknologi, pasien Parkinson bisa beraktivitas normal, isa bangkit dari duduk, bahkan berjalan seperti orang sehat, dan tangannya tidak lagi bergerak-gerak (tremor). Hal ini erkat sebuah alat yang canggih yang telah ditanam dalam otak pasien. Dengan demikian, kehidupan pasien menjadi lebih berkualitas karena gangguan gerakyang dialami bisa berakhir.
Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif yang menyerang otak, bersifat progresif melambat, dan tidak bisa sembuh. “Banyak masyarakat awam yang belum memahami tentang Parkinson sehingga banyak pasien yang terlambat ditangani,” tutur dr. Frandy Susatia, SpS, dokter pesialis saraf dari Parkinson’s and Movement Disorder Center (PMDC) Siloam Hospitals Kebon Jeruk.
Baca Juga:
Gangguan gerak ini, menurut dia, disebabkan oleh berkurangnya dopamin di otak, yaitu zat yang berfungsi mengirimkan sinyal dalam sistem saraf. Tidak benar bahwa Parkinson hanya menyerang orang tua, karena kini usia 30-an dan 40-an tahun pun sudah ada yang menderita Parkinson. “Biasanya ini genetik, dan faktor genetik atau keturunan hanya 10 persen menjadi penyebab Parkinson, sisanya dari faktor lingkungan,” ujar dr. Made Agus M. Inggas, SpBS, dokter spesialis bedah saraf dari PMDC.
Faktor lingkungan ini, misalnya insektisida, herbisida, bahan-bahan kimia, terutama cat, menjadi penyebab dominan penyakit Parkinson. Usia penderita Parkinson kebanyakan di atas 50 tahun dan penderita ria secara statistik 1,5 kali lebih banyak dibanding perempuan. Total di seluruh dunia ada 7-10 juta penderita Parkinson dan hanya 4 persen yang berusia di bawah 50 tahun. Empat gejala utama Parkinson adalah tremor saat beristirahat, kekakuan gerak sendi saat bergerak, ketidakseimbangan postur tubuh, dan gerak menjadi lambat. Walaupun tak bisa disembuhkan gejala Parkinson dapat diatasi dengan pemberian obat levodopa, fisioterapi, dan berolahraga. “Namun, setelah makan obat dalam jangka waktu lama, obat dapat menjadi kurang efektif dan menimbulkan efek samping,” tutur dr. Made.
Namun sekarang pasien tidak perlu khawatir apabila obat tidak bekerja dan terapi juga tidak berpengaruh, karena ada terapi DeepBrain Stimulation (DBS) atau stimulasi otak bagian dalam agar sel dopamin dapat dirangsang untuk emproduksi opamin dan bekerja optimal kembali. “Selain dapat mengatasi gejala penyakit Parkinson, juga bisa mengurangi dosis obat rata-rata 30-40 persen,” ujar dr. Frandy.
Baca Juga:
Teknik operasi DBS ini dilakukan melalui penanaman elektroda/chip pada area tertentu di otak bagian dalam. Elektroda tersebut dihubungkan dengan kabel ke baterai yang diletakkan di dalam dada sebagai sumber arus listrik. Keseluruhan operasi ini berjalan di hari yang sama dan saat ini bisa dilakukan di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta. DBS telah disetujui Food and Drug Administration (FDA) Amerika untuk pengobatan Essential Tremor (ET), penyakit Parkinson, dystonia, dan obsessive compulsive disorder (sindrom Tourette). Layanan PMDC dilakukan secara komprehensif dan didukung teknologi baru. “Keunggulan utama center ini adalah memiliki alat yang disebut microelectro recording, yang berfungsi mendengarkan gelombang otak saat akan menanam elektroda/chip,” ujar dr. Frandy.
Dukungan lain berasal dari tim multidisiplin yang terdiri atas Dokter spesialis bedah saraf, Dokter spesialis saraf, psikiater, rehabilitasi medis, ahli patologi bicara, dan ahli nutrisi.
PMDC beroperasi setiap Senin-Sabtu pukul 08.00-21.00 WIB