INFO SEHAT - Skrining pendengaran adalah salah satu pemeriksaan yang perlu dilakukan di 3 bulan pertama kehidupan seorang anak. Ada dua tahap yang harus dilakukan terkait pemeriksaan pendengaran ini.
Pertama Evoked Otoacoustic Emission (eOAE), Pemeriksan OAE umumnya dilakukan saat bayi berusia 2-3 hari, tetapi bisa dilakukan sampai bayi berusia 3 bulan. Hasil pemeriksaan adalah pass untuk hasil pendengaran baik dan refer untuk hasil pendengaran yang belum baik. Bila dalam waktu 3 bulan ini hasilnya masih belum pass, maka bayi akan disarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan.
Baca Juga:
Kedua adalah Auditory Brainstem Response (ABR). Yaitu pemeriksaan lanjutan pada anak yang lebih besar, pada anak diatas 3 bulan yang pada pemeriksaan OAE belum pass, atau pada anak dengan kecurigaan gangguan pendengaran atau gangguan bicara. Pemeriksaan ini menggunakan gelombang EEG yang merespon rangsang berupa bunyi clicks yang diberikan.
Selain bergantung pada alat skrining tersebut, saat pemeriksaan gangguan tumbuh kembang di usia 7-9 bulan akan dilakukan tes pendengaran. Anak usia ini sudah peka dan tidak cuek terhadap bunyi-bunyian. Caranya: anak akan diberikan bunyi-bunyian disekitarnya tanpa dilihat anak, lalu dinilai cara anak memetakan bunyi-bunyian tersebut. Tetapi bila anak tidak berhasil memetakan bunyi-bunyian tersebut, maka sebaiknya anak melakukan ABR.
Mengapa harus dilakukan dalam keadaan cukup dini? Seperti kita ketahui, golden period perkembangan otak anak berlangsung pada 2 tahun pertama kehidupan. Bila pada 2 tahun awal ini gangguan pendengaran tidak terdeteksi, maka dampaknya akan sangat besar yang berupa tidak ada input sensorik berupa suara sehingga banyak sekali hal yang akan terlewat oleh anak. Dengan mendengar anak akan belajar bicara, mengembangkan fungsi kognitif, serta fungsi sosial dan personal.
Baca Juga:
Bila anak memiliki gangguan pendengaran dan tidak terdeteksi dari awal, maka anak akan melewatkan semua perkembangan ini. Tetapi bila sejak awal sudah terdeteksi, maka akan dicari lebih lanjut kelainannya dimana, diberikan alat bantu dengar sebelum dapat dilakukan koreksi selanjutnya dan anak tetap dapat mendapatkan input sensorik suara sehingga dapat berkembang dengan baik.
(dr. Marissa Pudjiadi, Sp.A-RS Premier Jatinegara)