TEMPO.CO, Jakarta -Nelihat senyum di bibir Kezia Angeline, tak ada yang menyangka gadis berkursi roda ini sedang menahan nyeri. Remaja 15 tahun ini biasa tersenyum manis kepada semua orang, termasuk menyemangati mereka yang sedang mengalami putus asa. Padahal fisik Kezia jauh dari sempurna. ”Semua tulang belakang Kezia diganti pen, kepalanya dipasangi slang. Orang enggak akan tahu kalau saya enggak cerita,” kata Cathleen, ibu Kezia, awal April lalu.
Sejak usia 9 bulan dalam kandungan, Kezia divonis menderita spina bifida, yakni kelainan bawaan yang ditandai dengan terbentuknya celah pada tulang belakang.Hingga kini, penyebab kelainan ini masih menjadi tanda tanya bagi keluarga Cathleen. Anggota keluarga lainnya sehat.
Dari awal kehamilan Cathleen pun dokter mengatakan semuanya normal. Dari berbagai macam tes yang dijalani Kezia sejak kecil, dokter juga belum menyimpulkan sumber masalahnya. ”Dokter tak menemukan penyebabnya,” katanya.
Spina bifida merupakan salah satu dari banyak kelainan bawaan. Hingga kini penyebab pastinya belum diketahui. Namun penelitian menyimpulkan banyak hal yang berkaitan erat dengan kejadian itu, di antaranya faktor genetis, obat-obatan tertentu, dan konsumsi asam folat selama kehamilan. Menurut dokter spesialis anak Andi Nanis Sacharina, konsumsi asam folat sangat berpengaruh pada kondisi fisik bayi. ”Terutama pada trimester awal kehamilan,” ujarnya.
Selain menimbulkan spina bifida, kekurangan asam folat--yang banyak terkandung dalam sayuran hijau, kacang-kacangan, hati sapi, dan asparagus-- bisa menyebabkan bibir sumbing.
Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan Eni Gustina mengatakan kelainan cacat tabung saraf dan bibir sumbing masuk daftar cacat bawaan paling banyak diderita di Indonesia. Dari 494 kasus kelainan bawaan yang dilaporkan hingga Desember 2016, kelainan congenital talipes equino-varus (CTEV) atau yang lebih dikenal dengan kaki O menempati kasus terbanyak, yakni 102 kasus (20,6 persen).
Selanjutnya: Nutrisi dan Memperbaiki Gaya Hidup Bisa Mencegah Kelainan Bawaan