Di tempat kedua ada kelainan neural tube defects atau tabung saraf tidak dapat menutup sempurna dan bibir sumbing sebanyak 99 kasus (20 persen). Lalu omphalochele atau usus bayi atau organ perut lain berada di luar tubuh karena lubang di daerah pusar sebanyak 58 kasus (11,7 persen), atresia ani atau lahir tanpa anus sebanyak 50 kasus (10,1 persen), dan gastroschisis atau kelainan pada dinding perut sebanyak 27 kasus (5,5 persen).
Eni menuturkan, diperkirakan 6 persen dari total kelahiran di dunia (7,9 juta anak) lahir dengan kelainan bawaan. Sekitar 3,3 juta di antaranya meninggal di bawah usia 5 tahun dan 3,2 juta yang selamat akan menderita kelainan seumur hidup.
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar 2007 mencatat kelainan bawaan menyumbang 5,7 persen kematian bayi dan 4,8 persen kematian anak balita. Kelainan bawaan juga berkontribusi terhadap 1,4 persen kematian bayi 0-6 hari dan 18,1 persen kematian bayi 7-28 hari.
Kelainan bawaan bisa terjadi karena berbagai macam hal. Menurut Eni, sekitar 50 persen kelainan bawaan belum diketahui penyebabnya. Tapi ada banyak faktor risiko yang ikut menyumbang masalah ini, yakni perkawinan sedarah; infeksi; lingkungan; kondisi sosial ekonomi yang kurang; paparan asap rokok, zat kimia, dan pestisida; serta asupan gizi ibu.
Ahli gizi komunitas Tan Shot Yen mengatakan banyak kelainan bisa dicegah dengan memenuhi kebutuhan nutrisi ibu, terutama sayur, buah, dan ikan. Ikan banyak mengandung omega 3 yang bisa mencegah pengentalan darah pada ibu hamil. Pengentalan darah atau trombosis bisa menyebabkan janin tak berkembang, bahkan meninggal dalam kandungan.
Selain konsumsi makanan bergizi, mengubah gaya hidup selama kehamilan penting dilakukan, termasuk menghindari paparan asap rokok. Menurut Tan, asap rokok mengandung banyak senyawa racun dan bahan kimia yang bisa mengganggu pertumbuhan janin sehingga lahir cacat.
Nur Alfiyah