Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

8 Kebiasaan Pekerja Produktif  

image-gnews
Foto: workingfamilyresourcecenter.org
Foto: workingfamilyresourcecenter.org
Iklan

TEMPO Interaktif, - Anda melihat rekan-rekan Anda menikmati kopi pagi bersama, sementara Anda begitu sibuk mengerjakan berlembar-lembar kertas di meja Anda. Atau rekan-rekan Anda keluar bersama-sama untuk makan siang, sementara Anda hanya membuka kotak bekal makanan di meja. Belum tentu pemandangan tersebut menunjukkan Anda bekerja jauh lebih keras atau lebih produktif dibanding rekan-rekan Anda.

Bisa jadi rekan-rekan Anda memang lebih jago mengatur waktu kerja dan melakukan kebiasaan yang bisa mendorong produktivitas. Untuk bisa seperti rekan-rekan Anda, ada setidaknya delapan hal yang bisa dilakukan untuk mendorong produktivitas dan menurunkan tingkat stres.

1. Banyak orang berpikir bekerja tanpa henti berarti produktif.
Kalau otak Anda tidak berfungsi optimal, Anda tidak bekerja semaksimal yang Anda pikirkan. “Melakukan break (jeda kerja) seperti memencet tombol ‘reset’. Tindakan tersebut membantu mengosongkan tempat persembunyian di otak sehingga Anda memiliki ruang untuk diisi kembali,” kata Christine Hohlbaum, penulis The Power of Slow: 101 Ways to Save Time in Our 24/7 World.

Dia menyarankan agar kita meninggalkan meja kerja untuk makan siang. Dia juga menyarankan jeda-jeda lain, seperti jeda lima menit di pagi hari sebelum mulai kerja. Juga sekitar 10-15 menit di sore hari. Bisa saja dengan menikmati kopi atau teh, membaca buku, atau sekadar jalan-jalan.

2. Memulai hari dengan menjejakkan kaki yang tepat.
Menurut sebuah studi di Fisher College of Business di Ohio State University, jika seorang karyawan dalam mood yang tidak bagus saat tiba di kantor–baik karena masalah keluarga atau karena perjalanan ke kantor–itu bisa mengurangi produktivitas sebanyak 10 persen. Nah, kalau Anda tidak bisa selalu datang dengan suasana hati yang senang, sebaiknya habiskan 5-10 menit di awal ‘hari’ Anda untuk dekompresi. "Ciptakan ritual. Mungkin kumpul-kumpul di ruang break kopi atau keliling kantor dan menyapa semua orang. Tak penting apa yang Anda lakukan, selama Anda mengembangkan rasa hubungan (dengan rekan kerja),” kata Holhbaum.

Membelok sambil menyapa rekan kerja saat masuk kantor memberi Anda rasa fokus. “Ketika Anda merasa Anda bagian dari upaya besar, Anda merasa lebih terhubung dengan kenapa Anda di situ dan itu yang membuat semua perbedaan di dunia ini.”

3. Memikirkan pilihan makanan dengan baik.
Anda adalah apa yang Anda makan. Dan makan makanan berat di tengah hari akan membuat Anda merasa lesu sepanjang siang hingga sore. “Jadi, pikirkan apa yang Anda makan waktu makan siang,” kata Holhbaum.

Kuncinya, jaga kadar gula darah Anda sepanjang hari. Kari Kooi, RD, ahli diet kebugaran di Rumah Sakit Methodist di Houston, merekomendasikan tiga makanan ringan dan dua kali snack selama bekerja. “Makanan berat membuat Anda merasa melempem karena mereka membutuhkan energi untuk dicerna,” kata Kooi.

4. Membuat daftar kerja yang fleksibel.
Membuat daftar yang akan dilakukan dalam sehari adalah cara yang bagus untuk membuat kerja seharian lebih terstruktur. Tetapi terkadang itu menjadi perangkap yang membuat Anda tidak fleksibel. Banyak orang merasa hari mereka hancur kalau harus mengubah rencana. “Tetapi orang yang paling efektif paham itu adalah bagian dari kerja,” kata Vicki Milazzo, penulis Wicked Success is Inside Every Woman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

5. Menggunakan teknologi dengan sungguh-sungguh.
Dalam dunia akses 24/7 (24 jam/7 hari) saat ini, sangat sulit mengontrol penggunaan teknologi. Memang tak mungkin menghindari penggunaan teknologi. Tapi Anda harus mendisiplinkan diri berapa lama Anda menghabiskan waktu untuk berselancar di laman-laman kesayangan Anda atau juga situs jaringan sosial atau pertemanan.

Juga batasi waktu mengecek surel, terutama yang pribadi. “Mengirim 100 e-mail tidak selalu menjadi hal produktif. Dan seperti kita tahu, e-mail akan mengundang e-mail. Mereka seperti kelinci kecil,” kata Holhbaum dengan canda. Karena e-mail yang dikirim akan mengundang e-mail jawaban dan e-mail jawaban berikutnya.

6. Menyeimbangkan beban kerja mereka.
Beragam tugas membutuhkan kadar konsentrasi yang berbeda yang bisa Anda manfaatkan. Mulai dengan mengidentifikasi dan menempatkan tugas-tugas Anda ke dua kategori: kerja yang ‘printil-printil’, yang agak ringan dan kecil, dengan kerja yang intensif. Yang printil-printil adalah tugas-tugas kecil yang gampang diatur, seperti mengurus surel atau telepon.

Kerja intensif, misalnya tugas-tugas manajemen, menyiapkan presentasi, menulis, atau menyunting. Milazzo merekomendasikan jam panjang untuk kerja intensif dan diselingi 15-30 menit untuk tugas-tugas ringan secara reguler. Dengan cara ini, Anda bisa menyelesaikan beragam tugas dan tidak kehabisan energi hanya untuk satu tugas.

7. Menempatkan kesempurnaan di urutan pertama.
Menyelesaikan pekerjaan dengan sempurna selalu ditekankan sejak dini. Sikap seperti itu bisa menjadi tidak produktif jika tidak dikelola dengan baik. Sangat penting untuk memilih pertempuran Anda. “Perempuan, secara alami, perfectionist,” kata Milazzo. “Jadi, kita harus membedakan apa yang membutuhkan kesempurnaan.”

Tentu saja kita ingin sempurna dalam pekerjaan dengan situasi apa pun. Tetapi kalau Anda tidak cukup waktu, buatlah prioritas. Misalnya Anda menulis memo untuk rekan kerja, tak perlu dicek per kata sampai tiga kali. Tetapi kalau menyiapkan bahan presentasi, di situlah Anda harus mengerahkan seluruh energi.

8. Tahu kapan dan bagaimana berkata ‘tidak’.
Sangat mudah kita teralihkan pikiran atau kewalahan menghadapi beban kerja. Tetapi salah satu rahasia orang yang sangat produktif adalah mereka belajar kapan dan bagaimana mengatakan ‘tidak’. Untuk permulaan, katakan ‘tidak’ ke para pengeluh dan orang-orang yang mengganggu. Namun ketika tiba saatnya mengatakan ’tidak’ ke bos, katakan dengan baik tetapi tegas. Tidak harus dengan keras bilang ‘tidak’. Tapi bisa minta dia memprioritaskan apa yang lebih penting dari semua yang ada di meja Anda. “Ketika pekerja melakukan itu, bos biasanya akan mengerti,” kata Milazzo

WOMENSDAY | PDP

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gen Z Dikenal Selalu Ingin Memaknai Hidup

2 hari lalu

Marina Beauty Journey 2024/Marina
Gen Z Dikenal Selalu Ingin Memaknai Hidup

Karakter Gen Z berevolusi menjadi pribadi yang lebih sadar untuk memaknai kehidupan tidak mementingkan kebahagiaan sendiri.


4 Tips Tingkatkan Performa Setelah Libur Lebaran

5 hari lalu

Ilustrasi dua wanita bekerja dalam satu ruangan. Foto: Freepik.com/Pressfoto
4 Tips Tingkatkan Performa Setelah Libur Lebaran

Simak tips meningkatkan semangat bekerja setelah libur lebaran agar kamu lebih fresh.


5 Tips Cari Kerja di Perusahaan Keren Lewat LinkedIn

8 hari lalu

Ilustrasi wanita karier. Shutterstock.com
5 Tips Cari Kerja di Perusahaan Keren Lewat LinkedIn

Kebanyakan perusahaan memerlukan kombinasi hardskill dan softskill yang baik untuk berkarier di dunia kerja. Ini tips cari kerja lewat LinkedIn.


15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

9 hari lalu

Ilustrasi wanita karier atau bekerja. shutterstock.com
15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

Jaringan profesional LinkedIn merilis daftar Top Companies 2024 edisi ketiga untuk Indonesia.


Mengenal Kutu Loncat dalam Dunia Kerja dan Dampaknya pada Karier

16 Januari 2024

Kutu loncat adalah istilah yang diberikan pada seseorang yang suka berpindah pekerjaan dalam waktu singkat. Ini dampaknya untuk karier. Foto: Canva
Mengenal Kutu Loncat dalam Dunia Kerja dan Dampaknya pada Karier

Kutu loncat adalah istilah yang diberikan pada seseorang yang suka berpindah pekerjaan dalam waktu singkat. Ini dampaknya untuk karier.


Mengenal Quarter Life Crisis, Ciri-Ciri, dan Cara Menghadapinya

8 Januari 2024

Memasuki usia dewasa, seseorang seringkali mengalami quarter life crisis yang membuatnya jadi tak percaya diri. Apa itu quarter life crisis? Foto: Canva
Mengenal Quarter Life Crisis, Ciri-Ciri, dan Cara Menghadapinya

Memasuki usia dewasa, seseorang seringkali mengalami quarter life crisis yang membuatnya jadi tak percaya diri. Apa itu quarter life crisis?


Jauh dari Kontroversi, Lee Dong Wook Punya Mantra Khusus untuk Menjaga Kariernya

31 Desember 2023

Lee Dong Wook. Instagram.com/@leedonwook_official
Jauh dari Kontroversi, Lee Dong Wook Punya Mantra Khusus untuk Menjaga Kariernya

Baru-baru ini wawancara lama Lee Dong Wook viral. Dia mengungkapkan caranya mempertahankan karier 25 tahun di inudstri hiburan


Dekat dengan Dunia Digital, Sebaiknya Gen Z Miliki Keahlian Ini

8 Desember 2023

Marina Beauty Journey 2023 di Lombok, Bintang Marina/Marina
Dekat dengan Dunia Digital, Sebaiknya Gen Z Miliki Keahlian Ini

Pentingnya gen Z memiliki pola pikir yang peka serta kepedulian tinggi dalam kesehariannya.


Career Hallway 2.0 Membuka Pintu Rahasia Bagi Masa Depan Karier

11 November 2023

Career Hallway AIESEC di Universitas Sumatera Utara
Career Hallway 2.0 Membuka Pintu Rahasia Bagi Masa Depan Karier

Acara difokuskan pada berbagai tips dan trik merencanakan karier


Cara Bekerja di Jepang, Syarat, dan Perkiraan Biaya Hidupnya

30 Oktober 2023

Ilustrasi orang kerja di Jepang. Foto : LKPN
Cara Bekerja di Jepang, Syarat, dan Perkiraan Biaya Hidupnya

Jepang menjadi salah satu negara tujuan favorit para pekerja asal Indonesia. Apa saja syarat dan cara bekerja di sana serta berapa biaya hidupnya?