TEMPO.CO, Bogor - Ketua Peneliti Hati Indonesia (PPHI) Irsan Hasan mengatakan berdasarkan data riset dari Kementerian Kesehatan tahun 2013, prevelansi masyarakat Indonesia yang terinfeksi penyakit hepatitis C sebesar 2,5 persen atau sekitar 5 juta orang, dan penularannya hampir menyerupai virus HIV.
"Jika mengacu dari data ini, sama artinya dari 10 masyarakat Indonesia 1 orang terinfeksi hepatitis C, " kata dia, dalam pelatihan tentang Hepatitis C yang digelar Persaudaraan Korban Napza Indonesia (PKNI) di Kota Bogor, Jumat 3 November 2017.
Dia mengatakan penyakit hepatitis C saat ini di Indonesia bahkan di dunia dikenal sebagai 'Silent Killer' atau penyakit yang tidak menimbulkan gejala khusus sampai pangidap dalam kondisi kronis, "Masyarakat tidak akan tahu jika dirinya terjangkit virus hepatitis C jika tidak dilakukan tes di labolatorium," kata dia.
Dia mengatakan, banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui dan sadar jika dirinya mengidap hepatitis C, ini sangat beralasan, karena 80 persen kasus hepatitis C juga tidak menunjukkan gejala apa-apa karena hati tidak memiliki saraf. “Berdasarkan pengalaman saya sebagai dokter spesialis penyakit dalam, pasien yang datang rata-rata kasus infeksi hepatitis terdeteksi setelah mengalami infeksi kronis dan berakhir dengan sirosis (pembentukan jaringan keras) hati,” kata dia. Baca: 4 Tips Membuat Foto Panorama Menggunakan Ponsel
Dia mengatakan orang Indonesia yang sudah divonis terkena kanker hati dengan sirosuis, memiliki kesempatan sembuh sangat kecil. Tidak jarang mereka juga berujung pada kematian, "Contoh kasus infeksi kronis pada hati dengan sirosuis yang terjadi pada Bapak Sutan Batoegana," kata dia menyebut Politikus Partai Demokrat yang sempat ditahan di Lapas Sukamiskin.
Di Indonesia, sampai saat ini penderita sirosis mempunyai kesempatan hidup hanya sekitar 4 bulan atau sekitar 120 hari setelah pasien divonis mengidap penyakit tersebut, "Pengobatan yang bisa dilajukan yakni transpalansi hati, makanya di Indonesia hampir 95 persen penderita ini belum bisa disembuhkan"kata dia.
Program Manajer Persatuan Korban Navza Indonesia (PKNI) Arif Irawan mengatakan, sampai saat ini banyak masyarakat di Indonesia belum sadar akan bahaya penyakit hepatitis C yang kondisinya sudah menyerupai penderita virus HIV. "Kami pun saat ini sangat konsen pada penularan penyakit Hepatitis C. Banyak warga yang terinfeksi virus ini mereka tidak sadar karena penderitanya tidak mengalami gejala sama sekali, kecuali dia sudah melakukan tes," kata dia. Baca: Tip Memotret pada Malam Hari
Dia mengatakan, kondisi yang dialami oleh masyarakat yang terinfeksi hepatitis C saat ini, sama sama seperti kondisi masyarakat Indonesia yang terjangkit virus HIV beberapa tahun silam, karena bukan hanya sulit dideteksi akan tetapi obatnya pun masih langka dan mahal. "Untuk melakukan tes RNA dananya bisa mencapai Rp 2,5 juta, belum lagi obatnya yang sangat mahal, " kata dia.
Akan tetapi saat ini, masyarakat sudah dapat menikmati layanan pemerintah untuk melakukan tes di Puskesmas "Ada program dari pemerintah yakni revites dan obat murah yang bisa dilakukan puskesmas-puskesmas di 32 provinsi di Indonesia," kata dia.