TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog Tika Bisono menyarankan agar pasangan suami-istri menjaga komunikasi yang baik. Hal itu diperlukan untuk meminimalkan pertengkaran suami-istri yang berujung pembunuhan. “Kalau pola komunikasi berantakan, ya hancur. Selama komunikasi masih nyambung, solusi itu kan dekat,” ujar Tika saat dihubungi Tempo, Ahad, 12 November 2017.
Bila sedang bertengkar, menurut Tika, setidaknya komunikasi suami-istri tetap berjalan. Caranya lewat perantara orang ketiga atau mengirimkan pesan lewat aplikasi chatting. Komunikasi yang benar-benar terputus dapat memperparah hubungan suami-istri. Apalagi jika asumsi dan pikiran negatif mulai muncul dalam benak pasangan. “Pasti hancur lebur,” kata Tika.
Komunikasi yang baik juga terjadi ketika pemberi dan penerima pesan mau saling mendengarkan. Alasan yang diberikan, kata Tika, harus jelas dan fokus pada permasalahan. Hal itu untuk menghindari salah komunikasi. Baca: Anak Menolak Sentuhan Fisik Orang Tua, Tahu Maknanya?
Pola komunikasi antar pasangan tak melulu berbentuk ucapan manis. Tika berpendapat, pertengkaran juga merupakan bentuk komunikasi yang paling murni. Artinya, orang akan menuangkan unek-uneknya dengan jujur saat terjadi percekcokan.
Ilustrasi pasangan bertengkar. shutterstock.com
Dalam perasaan marah, seseorang terdorong meluapkan emosi sebenarnya dan tak ada yang ditutupi. Dengan begitu, apa yang dirasakan terungkap secara utuh. “Marah itu sebenarnya bentuk komunikasi termurni,” ujarnya.
Ia menambahkan mengungkapkan perasaan harus bersifat konstruktif, empatis, dan rasional. Konstruktif adalah keinginan untuk jujur tanpa maksud menghancurkan hubungan. Baca: Alkohol Picu Kanker Mulut, Tenggorokan, Kerongkongan, dan Hati
Sementara empatis, yakni bagaimana seseorang menjaga perkataan dan menghargai perasaan pasangannya. Tunjukkan apa yang diucapkan adalah bentuk kasih sayang kepada pasangan. “Yang ketiga rasional itu ada unsur asertif juga. Asertif berarti tidak bohong, tapi tidak menghancurkan,” jelasnya.
Sebelumnya, Ryan Helmi (41) membunuh istrinya, Letty Sultri (46) pada Kamis malam, 9 November 2017. Pasangan suami-istri ini berprofesi sebagai dokter. Awalnya, Helmi mendatangi tempat istrinya bekerja di klinik kesehatan Azzahra, Cawang, Jakarta Timur. Ia datang dengan membawa dua pistol, yakni revolver rakitan dan jenis FN.
Tujuan Helmi adalah meminta Letty membatalkan gugatan cerai. Putusan gugatan cerai rencananya dikeluarkan pada Sabtu, 18 November 2017. Helmi berniat mengajak Letty bicara, tapi malah terjadi percekcokan. Pada akhirnya, Helmi menembak Letty sebanyak enam kali pada bagian muka dan dada.