TEMPO.CO, Jakarta - Asuransi kini telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia. Masalahnya, masih banyak yang menilai klaim asuransi identik dengan keribetan. Khususnya, ketika salah satu anggota keluarga kita menjalani rawat inap akibat penyakit kritis. Fakta itu terungkap dalam talk show “Avrist Insurance Day: Healthy Self, Healthy Future” di Jakarta Pusat.
Operations Director PT Avrist Assurance, Makki Ibrahim Kusuma mengatakan penyakit kritis bukan sekadar berisiko tinggi terhadap jiwa seseorang tetapi memberikan beban finansial yang signifikan. Menurut catatan Kementerian Kesehatan periode Januari hingga Juni 2014, program Jaminan Kesehatan Nasional membiayai penyakit kritis yang menimpa masyarakat Indonesia hingga 5,27 triliun rupiah. Baca: Ngunduh Mantu Bobby- Kahiyang Ayu, 10 Kerbau akan Dipotong
“Inilah yang ingin kami gaungkan kembali kepada masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab kami sebagai perusahaan jasa asuransi. Sejak tahun 1999, Avrist telah memiliki produk yang memberikan perlindungan terhadap 36 penyakit kritis yaitu Avrist Critical Guard. Penyakit kritis itu meliputi kanker, strok, jantung, tumor, luka bakar, hingga kehilangan pendengaran,” terang Makki.
Pemeriksaan medis secara berkala bisa dilakukan untuk memantau kondisi kesehatan masing-masing. Dengan kesehatan yang terpantau dengan baik, maka bisa pengeluaran untuk pengobatan pun bisa ditekan. Baca: Tiba di Rumah Mertua, Kahiyang Ayu Injak Batang Pisang. Artinya?
Narasumber talk show lainnya, Zainah Fitria dari Sahid Sahirman Memorial Hospital mengingatkan pentingnya menerapkan gaya hidup sehat setiap hari serta melakukan pemeriksaan medis secara berkala.
“Salah satu cara agar terhindar dan meminimalkan risiko terjangkit penyakit kritis yakni melakukan pemeriksaan medis secara berkala. Tujuannya melakukan tindakan tepat, cepat, dan efisien dari hasil pemeriksaan medis tersebut sehingga tidak meningkat ke terminal lebih lanjut,” kata Zainah