TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi baru pada Jurnal Tidur mengemukakan bahwa “Wabah Sulit Tidur” yang terjadi secara global mempengaruhi sekitar 150 juta orang di negara berkembang. Angka tingkat kesulitan tidur di Asia mendekati angka yang terjadi di negara maju. Hal ini terkait dengan bertambahnya permasalahan yang terjadi dalam kehidupan, seperti depresi dan kecemasan. Prevalensi insomnia di Indonesia dilaporkan 10 persen dari jumlah populasi atau sekitar 28 juta orang.
Insomnia dapat mengakibatkan dampak serius terhadap kesehatan masyarakat yang memicu peningkatan nafsu makan sehingga menyebabkan obesitas dan diabetes, jantung koroner, hipertensi, gangguan imun sistem dan masih banyak lagi. Hal ini juga berhubungan dengan gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan dan pikun. Di era modern, insomnia tidak hanya diderita oleh orang tua, tapi juga dialami oleh masyarakat usia produktif karena faktor gaya hidup masa kini, tekanan hidup, kafein, dan lainnya. Dalam jangka panjang, orang dengan penyakit insomnia terancam mengalami penurunan produktivitas dan kualitas hidup dikarenakan krisis tidur. Baca: 3 Postingan Terakhir Bondan Winarno, Missing This Sunset
Saat ini ‘krisis tidur’ melahirkan sebuah gejala ‘ekonomi tidur’. Di pasaran, banyak produk yang berkaitan dengan ‘tidur yang lebih baik’, termasuk matras tidur, bantal, selimut, obat-obatan, pijat, dan lain-lain. Faktanya, pendapatan dari industri teknologi tidur pada tahun 2013 mencapai US$11,3 miliar, dan naik menjadi US$35,2 miliar pada tahun 2015, serta diprediksi akan mencapai US$ 76,7 miliar pada tahun 2019. "Am Life melihat konsumen potensial telah meningkat dari 30 juta menjadi 300 juta (meliputi Malaysia, Brunei, Singapura, Hong Kong, Indonesia, dan Taiwan)," kata Pendiri Am Life International Lew Mun Yee dalam keterangan pers yang diterima Tempo 28 November 2017.
Saat ini terdapat hampir 100 jenis gangguan tidur, tapi sebagian besar dapat dimodifikasi dan dapat diatasi dengan bantuan spesialis tidur. Mengingat hanya sepertiga penderita yang mencari bantuan profesional, Am Life bertujuan untuk melakukan lebih banyak edukasi dan solusi kesehatan tidur dengan memanfaatkan terapi potensial listrik – yang telah diteliti secara ilmiah dan terbukti di Jepang sejak beberapa dekade yang lalu.
Di tahun 2012, ada kenaikan tuntutan kesehatan untuk masalah insomnia dan suboptimal kesehatan secara global. Lew Mun Yee membuat 'sistem kesehatan tempat tidur' yang bisa mengatasi kesehatan dan terapi penyembuhan yang tepat bagi pelanggan saat mereka tidur atau beristirahat. Peralatan tempat tidur pada dasarnya akan menjadi kasur termal serat karbon potensial listrik yang dilengkapi dengan 'bantal kesehatan kinerja tinggi' dan 'selimut Hokutolite'. Baca: Bondan Winarno Menurut Karyawannya, Terakhir Bertemu 2 Bulan lalu
Kasur kesehatan Am Life bertujuan untuk ‘menciptakan kesehatan dari tidur’ dengan cara yang alami, yang artinya tanpa obat-obatan, tanpa injeksi dan non-invasif. Hal ini mendorong proses penyembuhan alami tubuh, memberikan terapi paling mendasar untuk manusia modern melalui pendekatan ‘perawatan kesehatan tidur’ dengan mengatasi akar penyebab kebiasaan hidup kita sehari-hari.
Banyak orang membeli berbagai jenis produk perawatan kesehatan atau peralatan kesehatan untuk menjaga kesehatan. Tantangan terbesarnya adalah untuk selalu disiplin untuk mengkonsumsi produknya atau menggunakan alatnya. "Akan tetapi, kegiatan tidur adalah hal yang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, produk ini merupakan cara inovatif untuk menggabungkan teknologi dan pola istirahat sehari-hari yang memberikan kita cara baru untuk memulihkan kesehatan melalui tidur,” kata Lew.
Pada dasarnya, terapi naturopati ini bertujuan untuk mengembangkan kesehatan holistik. Kasur perawatan potensial listrik Am Life 100 persen diimpor dari Jepang. Pada awal tahun 1928, Jepang telah menemukan terapi potensial listrik dan setelah 40 tahun menjalani studi klinis, Kementerian Kesehatan Jepang melabeli terapi potensial listrik sebagai peralatan medis pada tahun 1968. Kasur termoterapi potensial Am Life sebagai alat kesehatan diyakini dapat memperbaiki delapan gejala-gejala seperti sakit kepala, insomnia berat, bahu atau sakit leher, sembelit, gangguan pencernaan, tangan dan kaki dingin, nyeri saraf dan otot dan kelelahan kronis.