TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga penting sekali memberikan dukungan dalam karier seseorang. Intip cara keluarga Jonatan Christie mendukung dan menggembleng Jojo, sapaan Jonatan hingga pria itu berpestasi di dunia bulu tangkis.
Baca: Jojo Jonatan Christie dan Christopher Rungkat Dapat Bonus Ekstra
Kabar Jonatan Christie melenggang ke babak final tunggal putra Asian Games 2018 membuat Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale bangga sekaligus deg-degan.
Saat pertandingan Jojo melawan Chou Tien Chen disiarkan pada Selasa 28 Agustus 2018 pasangan ini sedang berada di Nusa Tenggara Timur untuk menyurvei lokasi syuting film terbaru mereka, Rumah Merah Putih.
Atlet Indonesia, Jonatan Christie menggigit medali emas yang diraihnya dalam final bulu tangkis tunggal putra Asian Games 2018 di Istora Senayan, Jakarta, Selasa, 28 Agustus 2018. Jonatan menang lewat perjuangan rubber set, 21-18, 20-22, 21-15. TEMPO/Amston Probel
Tidak mau ketinggalan aksi Jojo, Ale-Nia menonton lewat gawai. Hari itu, Nia optimistis Jojo akan unggul. “Saat mengaudisi sejumlah pebulu tangkis cilik untuk main film King lalu bertemu Jojo, saya melihat dia sangat disiplin. Ayahnya mendidik dengan tegas. Selain itu, Jojo memperlihatkan teknik permainan dan pukulan yang matang untuk anak seusianya,” Nia mengenang.
Hal itu dibenarkan mantan atlet nasional, Susy Susanti. “Dalam keseharian, yang saya tahu Jojo salah satu atlet yang selain berbakat, punya attitude dan kedisiplinan yang baik. Pantaslah dia jadi juara dan idola khususnya anak-anak muda sekarang ini. Dia punya semangat tinggi, punya keinginan kuat untuk bisa berprestasi, yang menjadi cita-citanya dari kecil. Diberi latihan apa saja semangatnya luar biasa,” kata peraih medali emas tunggal putri Olimpiade Barcelona 1992.
Baca: 6 Momen Tak Terlupakan di Asian Games 2018, Ada Jokowi dan Suju?
Jojo memang terlihat sungguh sungguh berlatih untuk menjadi juara. Salah satu perjuangan berat yang ditempuhnya adalah ketika Jonatan Christie pindah ke klub bulu tangkis Tangkas yang berlokasi di Jakarta Barat, jauh dari rumahnya di Jakarta Timur.
“Papa enggak percaya saya tinggal di asrama. Jadi saya menginap di rumah Nenek. Nenek mendukung saya 100 persen. Mungkin karena Nenek merasa bersalah sama Papa. Dulu Papa atlet sepak bola dan bola basket, sempat ikut timnas junior, tapi oleh Nenek kurang didukung,” kata Jojo.
Ia melanjutkan, “Mama ikut berkorban, jauh dari anak dan suami karena Papa menemani saya terus. Selama 4 hari (dalam seminggu) menemani saya, Papa enggak pulang ke rumah. Hanya pulang Jumat sampai Minggu, Senin balik lagi. Sekarang setidaknya Papa ada di rumah, walau saya enggak.”
Pengorbanan orang tua, motivasi terbesar Jojo dalam mengukir prestasi. Untuk membayar pengorbanan mereka, dalam perbincangan bersama Najwa Shihab pada Rabu 29 Agustus lalu, atlet kelahiran 15 September itu menyatakan rela mengorbankan masa muda.
Baca: Pakai Bonus buat Bangun Masjid di Lombok, Jonatan Christie Dipuji
“Harga termahal (yang harus dibayar seorang atlet) menurut saya waktu bersama keluarga. Karena waktu bersama keluarga sangat terbatas dan waktu bermain pun terbatas," katanya.