TEMPO.CO, Jakarta - Aktris Mona Ratuliu bersama para pemeran sinetron Lupus Milenia menjenguk Fahmi Bo. Kunjungan itu diunggahnya pada Instagram pada 25 Oktober 2018. "Walau nggak ketemu setiap hari, @lupusmilenia2000 udah kayak keluarga," katanya dalam unggahan itu.
Baca: Penyakit Jantung, Berapa Kira-Kira Harga Pasang Ring?
Mona mengatakan hari itu, rame-rame ia dan tim Lupus Milenia datang ke rumah Fahmi Bo yang sudah 2 bulan ini berhenti beraktivitas karena stroke. "Seneng banget liat Fahmi ceria lagi hari ini. Kita juga hepi bisa cicipin @inicemilanbo buatan nita sang istri tercinta. Doain sama-sama yuk semoga fahmi bisa sehat lagi dan kembali bekerja. Amin," katanya.
Dalam sinetron Lupus Milenia yang diangkat dari buku Lupus itu, Mona Ratuliu berperan sebagai Popi, cewek yang paling disukai Lupus. Fahmi Bo sendiri berperan sebagai Gusur yang merupakan salah satu sahabat karib Lupus. Gusur digambarkan bertubuh tambun, memiliki karakter lemot dan suka makan. Tingkahnya ini sering menjadi objek bahan tertawa satu gengnya.
Belum diketahui separah apa penyakit yang dialami Fahmi Bo. Namun stroke tentunya menjadi salah satu penyakit serius yang perlu mendapat perhatian utama. Stroke bisa terjadi bagi orang yang mengalami stres. Stres juga dapat menyebabkan stroke yang berujung pada kematian.
Hal itu diungkapkan dokter spesialis saraf dari RS Pondok Indah, Sahat Aritonang, pada awal Oktober 2018. Menurut Sahat, akhir-akhir ini banyak pasiennya yang merupakan masyarakat berusia produktif. Menurutnya bahkan sebagian besar pasiennya adalah para manager yang darah tinggi dan stres namun tidak mau berobat. "Ditambah mereka setiap hari pesan junk food karena tidak memiliki waktu banyak untuk makan," katanya.
Baca: Mengapa Orang Diabetes, Bisa juga Alami Stroke?
Stroke adalah gangguan fungsional otak yang mendadak dengan tanda dan gejala klinis, yang berlangsung lebih dari 24 jam. Biasanya, ini disebabkan oleh adanya penyumbatan atau kebocoran pembuluh darah di otak. Ketika salah satu pembuluh darah di otak tersumbat atau pecah, maka sistem alirannya tidak akan sempurna dan berpengaruh pada sistem gerak anggota tubuh lain.
Sahat menjelaskan, ketika seseorang mengalami stres, maka tubuh akan menghasilkan hormon-hormon stres yang dapat meningkatkan kecepatan gerak aliran darah dan membuat pembuluh darah meregang dan menjadi ringkih, terutama yang ada di otak. “Ketika pembuluh darah tersumbat, maka darah tidak bisa menyalurkan makanan ke wilayah yang seharusnya dituju. Akhirnya, daerah tersebut akan mati. Kalau pecah, dia akan membanjiri daerah sekitarnya dan darah itu ketika berada di dalam pembuluh darah, dia bagus, tapi ketika di luar, dia berubah menjadi racun,” kata Sahat.
Menurut Sahat, hanya 12 persen kasus stroke yang disebabkan pecahnya pembuluh darah, dan 86 persen stroke akibat penyumbatan. Jika pembuluh darah pecah, risiko kematiannya akan lebih tinggi. Sahat sangat menyarankan agar setiap orang mengelola rasa stres. “Karena dalam pekerjaan, stres tidak bisa dihindari, tapi bisa kita kelola. Dengan pola hidup yang baik, dan tidak berlarut-larut memikirkan sebuah masalah, mencari jalan keluar bisa kelola stres kita,” katanya.