TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah penderita penyakit ginjal kronis atau PGK di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018, prevalensi penyakit ini sebesar 3,8 persen atau naik sebesar 1,8 persen dibandingkan dengan 2013.
Tapi itu kenyataan di lapangan lebih dari itu. Survei yang dilakukan Perhimpunan Nefrologi Indonesia atau Pernefri pada pada 2006 disebutkan bahwa prevalansi penyakit itu di Indonesia sebesar 12,5 persen.
Baca: Hari Ginjal Sedunia, Intip Dua Penyebab Utama Penyakit Ginjal
Data Indonesian Renal Registry (IRR) mencatat, pasien penyakit ginjal yang menjalani hemodialisis atau cuci darah mengalami peningkatan sebesar 25 ribu orang pada 2016 ke 2017, dari 52 ribu menjadi 77 ribu pasien. Itu baru yang terdaftar. Diperkirakan, ada lebih dari 20 ribu pasien ginjal lainnya di seluruh Indonesia yang belum mendapatkan akses pengobatan.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI Cut Putri Arianie mengatakan, peningakatan jumlah pasien ginjal dipengaruhi oleh pertambahan usia harapan hidup orang Indonesia menjadi 71 tahun untuk wanita dan 68 tahun untuk pria. Seiring pertambahan usia, kemungkinan menderita penyakit ginjal juga meningkat.
Selain itu, Indonesia juga tengah mengalami transisi teknologi dan ekonomi. “Transisi teknologi membuat orang semakin jarang bergerak, mau makan saja cukup memesan melalui aplikasi,” kata Cut Putri dalam konferensi pers World Kidney Day 2019 di Jakarta, Rabu, 13 Maret 2019. Hari Ginjal Sedunia diperingati setiap Kamis kedua Maret, yang tahun ini jatuh pada 14 Maret 2019.
Transisi ekonomi, kata Cut Putri, berdampak pada meningkatnya pendapatan orang Indonesia. Ternyata peningkatan pendapatan ini menyebabkan orang Indonesia semakin enggan membuat makanan sendiri. “Masyarakat punya banyak uang, jadi sedikit-sedikit kulineran,” kata dia.
Saat membeli makanan di luar, pembeli tidak pernah tahu bahan-bahan makanan yang ditambahkan. Bisa saja garamnya berlebihan. Selain itu, makan berlebihan juga berpotensi menyebabkan obesitas.
Kurang beraktivitas fisik menjadi salah satu faktor risiko diabetes dan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Dua penyakit itu menjadi penyebab utama penyakit ginjal kronis di Indonesia.
Baca: Penderita Gagal Ginjal juga Perlu Olahraga