TEMPO.CO, Jakarta - Robby Firlian mungkin tidak pernah menyangka kariernya sebagai barista akan mencapai titik ini. Gelar juara nasional Latte Art Championship (ILAC) 2018 mengantarkan ia mewakili Indonesia di kompetisi tingkat dunia di Brazil pada tahun yang sama. Padahal, ini adalah pekerjaan yang ia pilih tanpa sengaja.
Baca: Mikael Jasin, Barista yang Wakili Indonesia di Tingkat Dunia
Baca Juga:
“Dulu pas kuliah cari kerja, kerja apa aja, tidak harus sesuai dengan pendidikan,” kata dia ketika menjadi barista dadakan Ngopi di Kantor di Gedung Tempo, Jumat, 22 Maret 2019.
Ia pertama kali bekerja sebagai barista di Starbucks Coffee. Di sana ia dilatih selama tiga bulan sebelum ahli meracik kopi. Tak lama bekerja di situ, ia pun pindah ke St Ali di Setia Budi, Jakarta.
Di sinilah ia mulai mendalami seni menggambar kopi latte. “Di sini banyak ekspatriat yang minumnya hot coffee. Jadi dituntut untuk bisa latte art,” kata lulusan SMK pariwisata ini.
Latte art Robby Firlian
Ia tak pernah menempuh pendidikan khusus untuk jadi latte artist. Keahliannya ia peroleh dari video YouTube, ditambah dengan pelajaran dasar yang ia dapat ketika mulai bekerja di St Ali.
“Ketika masih junior, saya ngikutin apa maunya senior. Yang diajari hanya basic, setelah itu cari gambar sendiri,” kata dia.
Enam bulan bekerja di St Ali, ia diikutkan kompetisi ILAC 2017, kompetisi barista cabang latte art. “Ternyata ini kompetisi besar yang bisa berlanjut ke internasional. Mau tidak mau saya latihan keras. Walaupun biaya pendaftarannya murah, tapi tanggung jawabnya besar,” kata Robby.
Ia berhasil mendapatkan peringkat kelima di tahun itu, tapi itu belum membawanya ke luar negeri. Belum puas, ia pun kembali mendaftar di ajang serupa di 2018. Ia harus bersaing dengan 24 barista lainnya di regional barat Indonesia. “Belajar dari kompetisi tahun sebelumnya, banyak teknik yang saya dapat. Saya pun tahu selanya,” ujar Robby.
Di tingkat regional, Robby membawa desain yang terinspirasi dari film animasi Ferdinand the Bull dan berhasil meraih peringkat satu. Ia mendapat tiket istimewa untuk langsung ke tahap semifinal kompetisi nasional.
Di tingkat nasional, ia membawa konsep berbeda, Story in the Wild. Dan dia kembali menjadi juara pertama. Gelar inilah yang mengantarkan ia mengikuti kompetisi tingkat dunia di Brazil dan tembus babak semifinal. “Kompetisi ini sebenarnya sudah ada sejak 2003, tapi tidak terpublikasi. Dan Indonesia belum pernah masuk hingga ke tahap semifinal,” kata dia.
Menurut Robby, kompetisi internasional bukan sekadar gengsi bagi seorang barista seperti dia. Di kompetisi ini juga dia banyak belajar. “Bahwa di atas langit masih ada langit. Dan yang penting, jangan pernah puas dengan hasil yang telah dicapai,” kata mahasiswa jurusan Humas di Universitas Mercu Buana ini.
Baca: Mau Jadi Barista yang Sukses, Penting Belajar Kopi di Indonesia
Tahun ini, Robby kembali mengikuti ajang serupa di tingkat nasional dan menduduki peringkat kedua. Belum puas dengan hasil yang ia peroleh, ia bertekad akan kembali mengikuti ajang yang sama di 2020.