TEMPO.CO, Jakarta - Pendaki cilik Khansa Syahlaa baru saja menyelesaikan pendakian di Gunung Kilimanjaro pada 17 Juni 2019. Perjalanan naik gunung setinggi 5.895 meter dilakukan gadis 13 tahun itu dalam 7 hari. Gadis pemberani asal Bogor ini bahkan mengaku lebih suka berkegiatan di alam ketimbang jalan – jalan ke mall.
Baca: Tujuh Makanan Instan yang Bisa Dibawa Naik Gunung Selain Mie
Keberhasilan Khansa mencapai puncak Kilimanjaro tentu tidak lepas dari dukungan orang tuanya. “Jadi kan awalnya ini emang hobi ayah, nah ayah suka cerita pengalaman dia naik gunung. Suka nunjukin juga foto – foto di gunung, aku jadi tertarik,” kata Khansa. Ketertarikan Khansa terhadap kegiatan di alam didukung dan difasilitasi oleh orang tuanya baik secara fisik maupun psikis.
Khansa Syahlaa, pendaki cilik, setelah berhasil menaklukkan Gunung Bukit Raya, Kalimantan Tengah, 11 November 2016. Ini merupakan puncak keenam dari tujuh puncak gunung di Indonesia yang ingin didakinya. (dok.pribadi)
Mendaki gunung bukan suatu hal yang mudah dilakukan bagi sebagian orang. Perlu mental dan fisik yang kuat untuk bisa mencapai puncak. Seorang anak, bisa saja merasa lelah ketika harus terus mendaki menggapai puncak.
Ayah Khansa, Aulia Ibnu, mengatakan salah satu cara agar mental anak tetap kuat dalam mendaki gunung adalah dengan tetap tenang, sabar, dan tabah sampai akhir. “Saya selalu menyampaikan ke Khansa, dalam pendakian itu kita harus tenang, sabar, dan tabah sampai akhir,” kata Ibnu.
Menurut Ibnu, ia berani mengajak Khansa mendaki berbagai gunung karena dari awal Khansa memang terlihat memiliki ketertarikan yang tinggi dengan kegiatan ini. Ibnu juga berbagi tips bagi orang tua yang ingin mengajak anaknya mendaki gunung.
Khansa Syahlaa Aliyah di puncak Gunung Binaiya di Seram, Maluku Tengah. Istimewa
Ibnu mengatakan keinginan mendaki gunung harus dimulai dari ketertarikan si anak. Jangan sampai ada paksaan dari orang tua. Paksaan bisa menimbulkan efek traumatis hingga si anak ‘kapok’ mendaki.
Kemudian ada proses bertahap sebelum anak diajak mendaki gunung. “Misalnya awalnya ke tempat wisata alam seperti air terjun, biar anak merasakan hujan, merasakan dingin. Itu dulu yang dikenalkan.” ujar Ibnu.
Dengan mengenalkan secara bertahap dan perlahan – lahan anak juga perlahan – lahan akan merasa nyaman berkegiatan di alam terbuka. Lalu yang tidak kalah penting adalah menyesuaikan jadwal pendakian dengan kebutuhan si anak. “Kadang ada orang tua yang memaksa malam hari tetap melanjutkan perjalanan, padahal kan malam hari waktunya anak tidur,” kata Aulia.
Baca: Jokowi di Ekspedisi Kerinci 1983, Apa Saja Peralatan yang Dibawa?
Saat mengajak anak mendaki gunung, orang tua juga harus memperhatikan kondisi fisik anak dan tidak memaksakan perjalanan. Dengan demikian perjalanan akan terasa menyenangkan baik untuk anak maupun orang tua.
AULIA ZITA LOPULALAN