TEMPO.CO, Jakarta - Obesitas tidak hanya menjadi masalah orang dewasa. Saat ini ada lagi anak berusia 7 tahun, SP, yang mengalami obesitas. Bocah asal Kampung Cilempung, Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Jawa Barat sedang diobservasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setempat.
Baca: Anak Obesitas Lebih Berisiko Memiliki Masalah Mental
SP memiliki berat badan mencapai 101 kilogram. Menurut sang ayah, Sarli, SP adalah anak bungsunya dari tiga bersaudara. SP suka menutup diri dari teman-teman seusianya. SP terkesan tidak percaya diri karena bobot badannya tidak normal.
Sejak mengalami pertumbuhan tidak wajar hingga berat badannya mencapai 101 kilogram, SP belum pernah mendapat penanganan medis sebab mengalami masalah biaya. SP mengalami berat badan berlebih karena dalam sehari bisa makan sampai lima piring. Jika tidak dituruti, SP merengek dan marah-marah.
Obesitas seperti yang dialami SP disebabkan oleh ketidakseimbangan energi yang masuk dengan energi yang dipakai. Berikut adalah penyebab obesitas pada anak yang umumnya terjadi:
1. Genetik
Masyarakat umumnya percaya jika kegemukan menurun dalam keluarga, tetapi sebenarnya kontribusi faktor genetik dalam menyebabkan obesitas kecil, yaitu sekitar 5 persen.
2. Peranan Orang tua
Anak mempelajari perilaku makannya dengan mencontoh orang tua, termasuk dalam hal memilih makanan, jumlah makanan yang dimakan, dan kemauan untuk mencoba makanan baru. Berikut hasil penelitian menarik mengenai kebiasaan makan anak yang perlu Anda simak:
Ketersediaan makanan sehat di rumah yang diterapkan secara konsisten adalah kunci dalam membentuk kebiasaan makan anak yang baik, bahkan dapat mengatasi rasa tidak suka pada makanan tertentu.
Studi menunjukkan keluarga yang terbiasa duduk makan bersama akan mengonsumsi makanan yang lebih sehat.
Pergi makan di luar atau menonton sambil makan berhubungan dengan tingginya konsumsi makanan berlemak.
Cara orang tua menawarkan makanan berpengaruh terhadap persepsi anak. Persepsi yang positif terbentuk jika orangtua memberi kesempatan kepada anak untuk memilih makanannya sendiri dengan menyediakan porsi makanan sehat yang cukup. Pembatasan konsumsi makanan cepat saji yang dipaksakan malah meningkatkan keinginan anak untuk memakan junkfood.
3. Konsumsi Makanan Cepat Saji
Makanan cepat saji mengandung kalori tinggi, namun memiliki nilai gizi yang rendah. Gaya hidup masyarakat urban perlu diwaspadai, di mana seringkali kedua orangtua bekerja sehingga memiliki waktu lebih sedikit untuk mempersiapkan makanan bagi keluarga di rumah. Ditambah lagi kemudahan untuk membeli makanan cepat saji melalui layanan ojek daring
4. Konsumsi Minuman Tinggi Gula
Konsumsi minuman yang mengandung gula tinggi juga berkontribusi terhadap obesitas. Minuman golongan ini tidak hanya minuman bersoda, tetapi juga minuman kemasan, seperti jus buah, yogurt, bahkan susu. Perhatikan kadar gula di masing-masing kemasan minuman.
5. Porsi Makan
Studi menunjukkan porsi makan meningkat drastis dalam satu dekade terakhir. Konsumsi makanan dalam porsi besar--ditambah dengan sering ngemil makanan berkalori tinggi--menyebabkan total asupan kalori yang besar, sehingga dapat menyebabkan obesitas.
6. Kurang Aktivitas Fisik
Penggunaan teknologi sudah begitu luas. Kita dapat melihat anak dari usia sangat dini sudah menggunakan gawai canggih. Anda perlu waspada jika anak terlalu lama menggunakan gawai atau menonton televisi karena akan mengurangi waktu aktivitas fisiknya. Penelitian juga menunjukkan semakin lama seorang anak menonton televisi, semakin besar keinginannya untuk mengonsumsi makanan yang diiklankan.
Baca: Anak Obesitas Cenderung Alami Kesulitan Belajar di Sekolah?
Anak belajar melalui contoh yang ada di sekitarnya, terutama dari orangtua. Untuk mencegah obesitas pada anak, mereka perlu diajarkan pola makan yang baik serta aktif secara fisik. Peran orangtua dan keluarga begitu penting agar pola hidup sehat dapat diterapkan oleh setiap anggota keluarga di rumah.
ANTARA | SEHATQ.COM