TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan sangat merasa sedih dengan kepergian Presiden ketiga Indonesia, BJ Habibie. Menurut Luhut, BJ Habibie adalah pemimpin yang sangat baik dan jujur. Luhut pun memiliki pengalaman spesial dengan BJ Habibie. Ia ingat saat BJ Habibie menunjuknya sebagai Duta Besar Singapura. "Saya terkejut," kata Luhut dalam unggahannya di Facebook pada 13 September 2019.
Mengenal BJ Habibie dengan cukup lama, Luhut menilai bahwa BJ Habibie dan Presiden Joko Widodo sangat cocok. "Di mana kecocokan mereka berdua ? Menurut saya kecocokannya ada pada beberapa hal," katanya.
Pertama, dalam pandangan mengenai demokrasi Indonesia yang harus ditegakkan.
Kedua, kedua tokoh itu adalah orang yang mau dan sabar mendengar pendapat orang lain. Tidak mudah bagi seorang pemimpin untuk mau dengan sabar mendengar pendapat orang lain. Luhut mengatakan saat ia ditunjuk menjadi Duta Besar Singapura, pendapatnya didengar oleh BJ Habibie.
Ketiga, keduanya sama-sama melihat bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi menentukan masa depan bangsa dan harus kita kuasai.
Luhut berjanji kepada BJ Habibie untuk tetap memberi perhatian pada salah satu warisan BJ Habibie yaitu Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Ketika Luhut masuk pemerintahan Jokowi pada 2015, beberapa kali Luhut mendorong keterlibatan BPPT pada program-program di bawah pengendalian Luhut yang menyangkut teknologi. "Hampir semua fasilitas peninggalan Pak Habibie di BPPT Serpong dan di Surabaya saya tinjau dan kemudian saya dorong untuk aktif memberi sumbangsih kepada Negara dan Bangsa," katanya.
"Jadi, selamat jalan Pak Habibie. Sejauh yang saya bisa lakukan dan selama dalam kewenangan, BPPT tetap menjadi andalan saya menyangkut teknologi dan kegunaannya bagi masa depan Indonesia yang lebih baik," kata Luhut yang berada sempat menengok BJ Habibie di RSPAD.