TEMPO.CO, Jakarta - Semakin banyak anak yang candu dengan gawai mereka. Demi bermain gawai, mereka lupa makan, ada yang malas ke sekolah, ada pula yang sudah enggan bergerak hingga beberapa di antara mereka mengalami beberapa penyakit.
Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr Arif Zainudin Surakarta bahkan menerima semakin banyak pasien kecanduan telepon seluler seiring dengan semakin tingginya ketergantungan terhadap fitur-fitur yang ditawarkan oleh perangkat komunikasi tersebut.
Sebelumnya, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat (Jabar) juga mengalami hal serupa. Beberapa tahun terakhir ini, pasien anak penderita orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) akibat penggunaan gawai yang berlebihan pun semakin bertambah.
Sebenarnya, kecanduan gawai bisa diarahkan ke hal yang lebih positif seperti mulai menekuni esport. Esport adalah sebuah komunitas pecinta gaming di ponsel yang bisa menghasilkan pundi-pundi uang.
Seorang pemuda bernama William Wijaya adalah salah satu orang dengan tingkat kecanduan gaming yang tinggi. Namun ia berhasil meraih puluhan juta rupiah itu. Ia mengaku telah senang bermain game sejak duduk di bangku sekolah dasar. “Dari kelas lima SD, saya sudah suka main game. Pulang sekolah pasti main di warnet sampai malam,” katanya saat dihubungi Tempo.co pada 19 Oktober 2019.
Dengan aktivitas gaming yang berlebihan itu, orang tua William sempat melarangnya bermain game. Bahkan, pria berusia 21 tahun ini mengaku sampai pernah diusir orang tua dari rumah. “Karena saya tidak bisa diatur, setiap saat main game terus, mama saya sampai minta saya keluar dari rumah,” katanya.
Namun, pada tahun 2018 silam, William telah membuktikan apa yang disenanginya itu membuahkan hasil. Ia pun bergabung dalam sebuah esport dan mengikuti berbagai kompetisi. Salah satu diantaranya adalah Brasco Championship, Indonesia Pride Weekdays Challenge (IPWC) dan Revival eSport. “Brasco dapat 45 juta, IPWC 10 juta dan Revival 5 juta,” katanya.
Tak heran, orang tua dari William pun kini sangat mendukung apa yang dikerjakannya. Bahkan, demi karier gaming yang disenanginya ini, ia diperbolehkan untuk berhenti berkuliah. “Saya dari dulu memang suka gaming. Saya buktikan ke orang tua bahwa ini yang saya suka dan mau geluti. Dengan semua prestasi, orang tua pun akhirnya mendukung apapun yang saya mau lakukan,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA