TEMPO.CO, Jakarta - Bek kanan Tim Sepakbola Nasional Indonesia U-16 Alfin Lestaluhu meninggal dunia pada Jumat 1 November 2019 dini hari. Kematiannya disebabkan oleh encephalitis atau radang otak.
Melansir dari situs Mayo Clinic, encephalitis adalah salah satu penyakit yang jarang ditemui. Penyebab utamanya tidak pasti dan sering kali tak diketahui. Meski demikian, para ahli sering menghubungkan encephalitis dengan virus dan reaksi imunitas tubuh yang salah.
Beberapa gejala pada orang dewasa yang wajib diwaspadai dari penyakit encephalitis mirip seperti flu ringan. Ini meliputi sakit kepala, demam, nyeri pada otot atau persendian, kelelahan atau kelemahan. Terkadang tanda dan gejalanya bisa lebih parah. Para ahli menyebutkan masih ada beberapa ciri gejala penyakit ini seperti halusinasi, kejang dan kelumpuhan di area wajah hingga kehilangan kesadaran.
Sedangkan pada bayi, tanda dan gejala mungkin dialami termasuk mual dan muntah, kekakuan tubuh, nafsu makan yang menurun, tidak bangun saat diberi susu dan mengalami sifat lekas marah.
Situs Web MD mengatakan bahwa salah satu faktor risiko seseorang mengidap encephalitis ini bisa berupa kekebalan tubuh yang lemah. Misalnya, pada pasien HIV/AIDS. Sebab, dalam keadaan lemah, tubuh tidak bisa membedakan virus yang seharusnya dibunuh. Akibatnya, ia justru membantu virus dan bakteri untuk menyerang organ tubuh termasuk otak.
Daerah tempat tinggal dan musim juga meningkatkan risiko encephalitis. Sebab daerah yang kumuh dan musim hujan bisa meningkatkan jumlah nyamuk. Padahal, berbagai virus dan bakteri yang dibawa nyamuk bisa menyebabkan infeksi West Nile, La Crosse dan St. Louis yang pada akhirnya berujung encephalitis.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | MAYO CLINIC | WEBMD