TEMPO.CO, Jakarta - Celana cingkrang sedang menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Hal itu berawal dari pernyataan Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi tentang gaya busana Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memakai celana cingkrang.
Ia menjelaskan bahwa penggunaan celana cingkrang tidak dipermasalahkan dalam agama, meski demikian hal tersebut tidak sesuai dengan peraturan pemerintah terkait pakaian ASN.
Terlepas dan pro dan kontra yang ada, dalam ajaran agama Islam, pemakaian celana cingkrang yang ukuran panjangnya berada di atas mata kaki termasuk dalam salah satu sunnah Nabi Muhammad SAW.
Jika celana cingkrang sudah ada sejak zaman Nabi dan pemakaiannya merupakan salah satu sunnah, lalu sejak kapan model celana ini mulai dikenal di dunia mode? Melansir dari situs The Wall Street Journal, celana cingkrang alias high water pants sudah terkenal sejak tahun 1850-an. Disebut juga dengan nama lain flood pants, ini digunakan agar aman dari suasana banjir.
Perancang busana asal Amerika Serikat, Thom Browne memperkenalkan koleksi celana cingkrang ini kembali pada tahun 2004 silam. Ia mengatakan bahwa celana cingkrang dipopulerkan ulang karena terinspirasi dari pria yang umumnya bertubuh tinggi, namun celana panjangnya terlalu pendek. “Terkadang Anda melihat laki-laki dengan celana panjangnya dan Anda berpikir siapa penjahitnya, karena potongan mereka terlalu panjang. Saya mencoba untuk bermain dengan itu dan melakukan hal yang sebaliknya,” kata Browne.
Kini, semakin tinggi minat para pria untuk menggunakan celana cingkrang. Situs The Cut menyoroti pria menjadi sangat nyaman mengenakan celana tersebut lantaran terlihat mewah. “Celana cingkrang bahkan termasuk dalam salah satu model yang laku keras di setiap musim,” kata desainer pakaian pria Michael Bastian.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | TELEGRAPH | THEWALLSTREETJOURNAL | THECUT