TEMPO.CO, Jakarta - Imunoterapi diklaim mampu menambah angka harapan hidup pasien kanker. Terapi ini juga meningkatkan angka harapan hidup hingga enam kali lipat.
Ketua Yayasan Kanker Indonesia, Aru Wisaksono Sudoyo, mengatakan jenis pengobatan yang biasanya dijalani pasien kanker selama ini adalah melalui operasi, kemoterapi, radiasi, dan terapi target.
“Berdasarkan penelitian, angka harapan hidup lima tahun pasien yang menjalani terapi kombinasi dengan imunoterapi bisa mencapai 5 sampai 6 kali lipat dibandingkan kemoterapi, bahkan 15 kali lipat pada pasien yang merespons terapi dengan baik, khususnya pada pasien kanker paru,” ujarnya.
Berbeda dengan kemoterapi yang berfungsi membunuh sel kanker, imuno onkologi bekerja dengan menggunakan sistem imun tubuh untuk menyerang sel kanker. Pengobatan ini diberikan melalui infus. Terapi Imonu onkologi memiliki efek samping yang lebih sedikit dalam kerontokan rambut, sakit kepala parah, dan mual.
Sebelumnya, spesialis penyakit dalam dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Ikhwan Rinaldi, mengatakan pasien-pasien yang biasa berobat kanker ke luar negeri sudah bisa menikmati fasilitas layanan kesehatan imunoterapi kanker di Indonesia. Ia mengungkapkan pengobatan kanker saat ini sudah canggih dan sama seperti di luar negeri sehingga kanker bukanlah penyakit yang sangat menakutkan, khususnya penderita kanker stadium lanjut.
Imunoterapi sudah pernah dilakukan di Indonesia. Bagi pasien tingkat stadium lanjut, melalui imunoterapi, tingkat kemampuan bertahan pasien akan lebih lama dibandingkan kemoterapi.
Bila menggunakan kemoterapi, maka tingkat bertahan pasien mulai dari 16 bulan. Tetapi melalui pengobatan imunoterapi maka angka tersebut menjadi 30 bulan.
Imunoterapi juga memiliki efek samping. Akan tetapi, efek samping yang terjadi pada pasien tidak sebanyak saat kemoterapi. Efeknya adalah muncul rasa lelah, hemoglobin turun, diare, dan anemia. Efek samping tersebut sangat kecil dan bisa ditangani dengan cara yang tepat dan benar.