TEMPO.CO, Bandung - Penyakit ginjal kronis pada fase awal seringkali tidak bergejala. Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Afiatin dari Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung, seseorang dapat mengalami kerusakan fungsi ginjal hingga 90 persen sebelum menunjukkan gejala. “Deteksi dini menjadi sangat penting,” ujarnya di sela hari peringatan Hari Ginjal Sedunia di Bandung Kamis 13 Maret 2020.
Ketua Indonesian Renal Registry itu mengatakan bagi orang yang tidak memiliki risiko dapat mengecek ginjalnya antara 3-5 tahun sekali. Adapun bagi yang memiliki risiko sebaiknya diperiksa setahun sekali. “Sedangkan untuk pasien yang sudah stadium lanjut bisa 4 kali dalam satu tahun bahkan setiap bulan (melakukan pemeriksaan ginjal),” kata dia lewat keterangan tertulis.
Penyakit ginjal kronis dapat dideteksi dengan pemeriksaan sederhana meliputi pemeriksaan urine untuk memeriksa kadar protein urin. Selain itu dari pemeriksaan darah untuk memeriksa kadar kreatinin darah.
Gejala penyakit ginjal kronis baru akan muncul setelah fase lanjut. Gejalanya seperti mudah lelah, nafsu makan menurun, mual, bengkak pada kaki dan pergelangan kaki, sesak napas, sampai dengan penurunan kesadaran.
Ginjal merupakan organ vital yang memegang peranan penting bagi kesehatan, sehingga sangat penting untuk selalu menjaga kesehatan ginjal. Fungsi ginjal adalah memproduksi urine, membuang zat sisa dan cairan berlebih dari darah, mengontrol keseimbangan kimia tubuh, membantu mengatur tekanan darah, membantu menjaga kesehatan tulang, dan membantu pembentukan sel darah merah.
Menurut Afiatin ada beberapa langkah untuk mengurangi risiko penyakit ginjal kronis. Caranya dengan menjaga kesehatan dan melakukan aktivitas fisik, konsumsi gizi seimbang, mengecek dan mengontrol kadar gula darah secara rutin, dan mencukupi kebutuhan asupan cairan. Selain itu tidak merokok dan minum obat sembarangan, serta memeriksa fungsi ginjal secara berkala apabila berisiko.