TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Spesialis Jiwa Andri, mengatakan pemberitaan yang masif tentang pandemi virus corona alias Covid-19 menimbulkan ketakutan dan kecemasan bagi masyarakat dengan gangguan jiwa. Akibatnya, orang yang sempat sembuh dengan penyakit ini bisa kembali mengalami masalah kejiwaan. Hal itu lebih banyak dirasakan oleh pasien gangguan cemas. "Beberapa pasien yang saya temui satu bulan belakangan ini adalah pasien yang kambuh sakitnya setelah bertahun-tahun sembuh," ucap Andri melalui siaran pers yang diterima Tempo.co, Jumat 10 April 2020.
Gangguan cemas dan masalah psikosomatik, kata Andri, mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir dan di masa pandemi ini keberulangan gangguan ini pada pasien yang sudah sembuh meningkat. "Keberulangan gejala dan kesulitan adaptasi karena latar belakang masalah kejiwaan yang dimiliki membuat pasien gangguan jiwa lebih rentan mendapatkan efek dari pandemi ini baik secara mental maupun secara fisik," kata Andri yang Praktek di OMNI Hospital Alam Sutera.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) mengimbau agar psikiater ikut berperan aktif dalam memutus rantai penularan Covid-19. Psikiater pun mengimbau agar orang tidak ke rumah sakit jika pengobatan penyakitnya masih bisa ditunda.
Untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan gangguan jiwa, PDSKJI memberikan pelayanan konsultasi secara online kepada pasien. PDSKJI menjamin layanan kedokteran jiwa dengan telepsikiatri semasa tanggap darurat virus corona ini. Sayang, layanan telepsikiatri tidak bisa diberikan kepada kondisi gawat darurat psikiatri seperti percobaan bunuh diri, melukai orang lain dan gejala psikotik (halusinasi dan delusi) yang berat. Pasien dengan masalah gawat darurat psikiatri itu tetap perlu datang ke rumah sakit untuk diberikan pengecekan secara langsung.