TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi corona membuat banyak proses belajar-mengajar tatap muka di ruang kelas diubah menjadi pembelajaran jarak jauh alias belajar dari rumah. Belajar dengan memanfaatkan internet, menciptakan banyak cerita dan pengalaman baru bagi para siswa yang saat ini telah menjalaninya selama tiga bulan terakhir. Dari berbagai penjuru Indonesia, Zenius mendapati banyak siswa ternyata merindukan interaksi langsung dengan gurunya. Interaksi lewat layar telepon pintar atau komputer ternyata membuat para siswa ini menyadari bahwa kehadiran guru dalam hidup mereka ternyata lebih dari sekedar pengajar materi saja.
Memahami bahwa jauh di atas kecanggihan teknologi, kehadiran guru sebagai panutan dan pembimbing karakter tidaklah dapat digantikan, Zenius mengajak para siswa bercerita mengenai inovasi dan dedikasi guru yang memberikan inspirasi dan semangat bagi mereka selama masa pembelajaran jarak jauh ini, melalui digital campaign #THRUntukGuru.
Amanda Witdarmono, Chief of Teachers Initiatives Zenius Education, mengatakan timnya melihat bahwa selama masa pembelajaran jarak jauh ini, peran para guru tetap menjadi sesuatu yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Di saat mereka tidak dapat bertatap muka dengan para siswanya, guru dituntut untuk memberikan inovasi dan berdedikasi untuk tetap memberikan atensi yang penuh kepada siswanya meski dengan cara komunikasi yang berbeda. "Kami mengadakan kontes ini dengan misi untuk memperlihatkan dan menyebarkan awareness terhadap inovasi dan dedikasi yang diberikan para guru di masa yang sulit ini, dari sudut pandang siswa mereka,” katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 10 Juni 2020.
Salah satu cerita yang paling menarik, yang juga merupakan pemenang dari kontes yang berbasis pada media sosial ini datang dari Izzan Faruqy Azzahir, siswa kelas satu SMA/MA di Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut, Jawa Barat. Izzan membagikan kisah dari salah satu gurunya yang telah ia anggap sebagai sosok 'orang tua pengganti' selama tinggal di Pesantren. Melalui postingannya di Instagram, Izzan bercerita mengenai sosok Nia Kurniawati, yang biasa dipanggil Ibu Nia, guru mata pelajaran Kimia di SMA/MA Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut.
Izzan mengatakan sepanjang masa pandemi, Izzam merasa sulit untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sistem belajar virtual, dia menilai, jauh dari kata efektif. Ia pernah ingin protes tentang sistem belajar jarak jauh itu, tetapi hal itu seolah terkubur ketika mendengar cerita Ibu Nia. Izzan yakin Ibu Nia tidak akan pernah menyangka pembelajaran akan dilaksanakan secara daring. Mau tidak mau kondisi itu tetap membuat Ibu Nia harus beradaptasi. "Banyak kendala yang terjadi ketika beliau melangsungkan pembelajaran, mulai dari koneksi internet yang tidak stabil, candaan siswa ketika pembelajaran berlangsung dan koneksi hati yang terbatasi. Tetapi, beliau kerjakan semua itu tanpa keluh kesah, dan tetap bertekad bulat untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan maksimal,” ujar Izzan.
Bagi Izzan, sosok guru seperti Ibu Nia memberikan pengajaran yang baik baginya dan teman-temannya dengan memberi contoh. Kesabaran dan perhatian yang Ibu Nia tunjukkan baik pada masa sebelum PSBB maupun selama proses pembelajaran jarak jauh, menarik kesadaran dari dirinya untuk lebih mau terlibat dalam proses belajar itu sendiri. “Ibu Nia telah menjadi sosok ‘Ibu’ bagi saya dan teman-teman, sebagai tempat berkeluh kesah, tidak hanya mengenai pelajaran tapi juga untuk masalah yang saya hadapi di sekolah,” ujarnya.
Kegiatan #THRUntukGuru/Zenius
Nia Kurniawati telah mengajar sejak tahun 2012, bahkan saat masih berkuliah di tahun pertama Jurusan Pendidikan Kimia di UIN Bandung. Ia mengakui, bahwa sebelum memilih kampus, hatinya sudah mantap untuk menjadi guru. Ketika pandemi ini datang, sistem belajar-mengajar pun ikut berubah secara mendadak. Nia mengatakan pada awalnya ia mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan cara belajar mengajar secara jarak jauh itu. "Terlebih, saya memiliki kurang lebih 70 siswa yang harus saya ajar setiap harinya dan saya harus membagi waktu juga untuk mengawasi anak saya yang masih balita di rumah. Karena itu terkadang saya baru bisa live streaming jam 8 atau jam 9 malam,” kata Ibu Nia.
Inovasi dan adaptasi menjadi kunci baginya agar dapat membangkitkan semangat dan gairah belajar anak didiknya. “Agar belajar tidak melulu menjelaskan teori dan membuat para siswa bosan, saya sebagai guru kimia berinisiatif untuk menjalankan salah satu materi praktikum berupa tutorial membuat hand sanitizer. Respon para siswa lumayan baik dan mereka sangat antusias mengikuti praktikum saya,” kata Ibu Nia.
Berbagai platform untuk mengajar dari rumah telah dicoba oleh Ibu Nia. Secara mandiri, ia mencari tahu bagaimana cara menggunakannya. Bukan hanya itu, Ia lalu memanfaatkan media chat group untuk memberikan tugas, dan meminta anak didiknya mengerjakan dengan tulisan tangan agar tidak ada aksi saling mencontek. Selain itu, untuk menjaga semangat para siswanya, Ibu Nia juga membuat jadwal tersendiri untuk menanyakan kabar anak didiknya secara personal.
Izzan berharap, dengan mengikuti kontes #THRUntukGuru dari Zenius, Ia dapat memberikan apresiasi atas perhatian yang Ibu Nia telah berikan baginya dan teman-temannya. Di satu sisi, inovasi dan keinginan belajar yang ditunjukkan oleh gurunya ini, membuat Ia justru bangga dan terinspirasi agar tidak mengeluh menjalani pembelajaran jarak jauh. “Saya bangga memiliki guru seperti Ibu Nia dan seluruh guru di penjuru nusantara yang berjuang di garda terdepan untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.” tambah Izzan.
Kontes yang berbasis pada media sosial ini mengundang para siswa untuk turut berpartisipasi dan menceritakan pengalaman mereka berkomunikasi dan belajar dengan para guru mereka di saat pembelajaran jarak jauh. Peserta dapat berbagi cerita melalui postingan foto dan teks di akun sosial media pilihan mereka (Instagram, Twitter, atau Facebook) yang dimulai dengan tagar #ZeniusIniGuruku dan diakhiri oleh #THRuntukGuru. Cerita yang dicari adalah bagaimana guru mereka telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dengan memprioritaskan para siswa mereka sembari memberikan kebutuhan siswa selama periode belajar jarak jauh.
Kontes ini telah diadakan mulai dari tanggal 14 Mei hingga 25 Mei 2020 dengan 104 cerita telah masuk dari seluruh siswa di berbagai penjuru nusantara. Guru dari tiga cerita paling inspiratif ini, masing-masing mendapatkan uang tunai sebesar 5 juta rupiah dan bagi siswa pengirim cerita mendapatkan uang tunai senilai 1,5 juta, 1 juta, dan 500 ribu rupiah beserta merchandise dari Zenius.