TEMPO.CO, Jakarta - Tanggal 29 Juni ditetapkan sebagai Hari Keluarga Nasional (Harganas). Hari Keluarga Nasional dimaksudkan untuk mengingatkan pada seluruh masyarakat Indonesia akan pentingnya keluarga sebagai sumber kekuatan untuk membangun bangsa dan negara. Keluarga akan selalu menghidupkan, memelihara dan memantapkan serta mengarahkan kekuatan tersebut sebagai perisai dalam menghadapi persoalan yang terjadi.
Harganas ke 27 tahun 2020 diperingati di tengah situasi pandemi COVID-19, sehingga memberikan suasana yang berbeda. Sebagai elemen penting dalam masyarakat, keluarga menjadi obyek dan subyek yang menentukan arah mau dibawa kemana bangsa ini. Kondisi psikologis keluarga dalam menghadapi dampak pandemi menjadi salah satu faktor penting dan sangat menentukan dalam mengatasi dinamika permasalahan yang terjadi. Sehingga ketahanan keluarga diuji ditengah masa pandemi.
Kepala Badan Kependuduk dan Keluarga Berencana (BKKBN) Hasto Wardoyo di kantornya, Jakarta, 21 Februari 2020. Tempo/Friski Riana
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengungkapkan keluarga harus mampu menerapkan 8 fungsi keluarga yang masuk dalam prinsip asah, asih, dan asuh demi mewujudkan ketahanan keluarga. Keluarga harus asah, yakni, mengasah kemampuan sosialisasi, menerapkan nilai agama dan juga kepekaan lingkungan. Keluarga pun perlu asih yakni fungsi cinta kasih dan reproduksi. Keluarga pun perlu asuh yakni fungsi ekonomi dan perlindungan. "Sehingga dapat menciptakan keluarga berkualitas dengan ukuran tiga dimensi keluarga berkualitas yakni tenteram, mandiri dan bahagia,” kata Hasto.
Bericara tentang keluarga, salah satu kegiatan yang dianjurkan untuk dilakukan adalah berkumpul bersama keluarga dan menikmati waktu yang berkualitas bersama. Padatnya pekerjaan dan berbagai kegiatan para anggota keluarga, sering sekali waktu berkualitas bersama keluarga berkurang. Padahal quality time bersama keluarga merupakan salah satu cara menjalin hubungan intim dengan keluarga untuk membangun keluarga yang harmonis serta membawa keseimbangan pada kehidupan pribadi Anda.
Simak alasan pentingnya menjaga waktu berkualitas bersama keluarga seperti dilansir Sehatq.
- Menunjukkan kepedulian terhadap keluarga
Anda perlu mengingat bahwa pekerjaan yang dilakukan bertujuan untuk menghidupi keluarga, sangat aneh bukan jika Anda justru mengabaikan keluarga demi pekerjaan Anda. Dengan menjadwalkan waktu luang bersama keluarga, Anda menunjukkan bahwa keluarga tetaplah prioritas utama dan Anda menghargai keberadaan dari tiap anggota keluarga Anda. Begitu pula sebaliknya, anggota keluarga Anda pun akan menghargai Anda karena merasa bahwa mereka adalah prioritas dalam hidup Anda.IklanScroll Untuk Melanjutkan - Memperdalam dan menguatkan ikatan keluarga
Menghabiskan waktu bersama keluarga membantu Anda untuk bisa memiliki hubungan yang erat dan intim dengan tiap anggota keluarga. Anda akan merasa lebih nyaman dan terbuka bersama dengan keluarga. - Mengetahui apa yang dialami tiap anggota keluarga
Setelah sibuk seharian, menghabiskan waktu bersama keluarga dapat menjadi peluang Anda untuk mengetahui hari-hari dari tiap anggota keluarga. Anda bisa menyadari jika terdapat masalah yang terjadi pada salah satu anggota keluarga. Melalui quality time, para anggota keluarga bisa mendapatkan suatu keyakinan bahwa Anda selalu dapat diandalkan. - Meningkatkan performa sekolah anak
Quality time bersama keluarga tidak harus hanya berupa bercerita bersama anggota keluarga. Anda dapat menyempatkan waktu untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah anak dari sekolah. Membantu anak dengan pekerjaan sekolahnya dapat meningkatkan nilai sekolah dan mendorong mereka untuk terus belajar dengan bersemangat dan sungguh-sungguh. - Mengurangi risiko masalah perilaku pada anak
Kurangnya waktu bersama di dalam keluarga mampu meningkatkan risiko masalah perilaku pada anak. Keluarga yang sering meluangkan waktu akan membuat anak merasa bahwa keluarga adalah salah satu pendukung saat mereka dalam masalah. Quality time bersama keluarga membuat anak lebih terbuka dan merasa dipedulikan. Anak akan lebih mungkin untuk memikirkan kembali perilaku-perilaku yang dilakukan.