Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Waspada Parental Burnout, Jangan Lupa Tetap Lakukan Me Time

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Ilustrasi ibu bekerja dan anak di rumah. Freepik.com
Ilustrasi ibu bekerja dan anak di rumah. Freepik.com
Iklan

TEMPO.CO, JakartaOrang tua terutama ibu, sangat rentan mengalami parental burnout, yaitu situasi tingkat lanjut dari stres. Parental burnout juga bisa terjadi ketika stres yang dialami orang tua dalam jangka panjang. Biasanya parental burnout terjadi ketika orang tua sudah merasa lelah secara fisik maupun mental dengan berbagai aktivitas dan tanggung jawab. Untuk mengatasinya, orang tua perlu menyisihkan sedikit waktu untuk me time, setidaknya untuk beristirahat sejenak, melepaskan diri dari berbagai gangguan walau hanya sesaat.

Psikolog yang juga Spesialis Pendidikan Wahana VIsi Indonesia Saskia Panggabean mengatakan, di masa belajar dari rumah karena pandemik, orang tua mau tidak mau harus beradaptasi. “Beradaptasi dengan situasi baru dengan segala peran dan tugasnya itu tidak mudah, sehingga orang tua rentan mengalami stres bahkan burnout. Sumbu menjadi pendek, dan akhirnya, disadari atau tidak, orang tua kerap melampiaskannya ke anak,” kata Saskia dalam acara Talkshow Online yang membahas mengenai Parental Burnout pada Rabu 23 September 2020. Selain Saskia, hadir pula psikolog Anak dan Remaja dari Rumah Dandelion, Agstried Elisabeth dan penyiar sekaligus public figure Cisca Becker.

Agstried menjelaskan, parental burnout adalah ketika orang tua mengalami lelah emosi jiwa raga dalam hal mengasuh anak. “Ciri-ciri orang tua mengalami parental burnout adalah ketika merasa lelah terus menerus walaupun sudah beristirahat. Ciri yang kedua, yaitu detachment, yaitu merasa jauh dengan anak walaupun sedang menghabiskan waktu dengan anak. Ciri yang lain adalah merasa tidak mampu, yang berujung dengan merasa bahwa kita bukan orangtua yang baik,” tutur Agstried.

Biasanya parental burnout ini rentan terjadi karena keinginan untuk menjadi orang tua yang sempurna. Padahal, pada kenyataannya, tidak ada orang tua yang sempurna. “Tidak ada yang bisa menjadi orang tua yang sempurna. Tapi ada banyak cara untuk menjadi orang tua yang baik,” kata Agstried.

Hal lain yang membuat orang tua rentan terhadap parental burnout adalah kurangnya kemampuan dalam manajemen stres, kurangnya dukungan entah dari pasangan atau lingkungan, kurang teredukasi tentang mengasuh anak, dan tipisnya batasan antara kerja di kantor dan di rumah. Di mana ketika pandemi Covid- 19 ini berlangsung, batasan tersebut telah hilang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk mengatasi parental burnout, pertama-tama orang tua harus memiliki self-compassion terhadap diri sendiri dengan tidak terlalu memaksakan diri. Kedua, penting bagi orang tua mendapat dukungan dari orang terdekat dan lingkungan. “Banyak orang bilang, kalau mencintai itu harus susah payah. Kalau tidak perjuangan, tandanya nggak cinta. Padahal, mencintai itu membutuhkan energi. Padahal energi manusia terbatas. Untuk itu me-time diperlukan, untuk bisa mengisi kembali energi yang habis. Kalau tidak diisi ulang akhirnya bisa berakibat fatal, orang jadi merasa 'terjebak'. Dengan me-time, kita mundur 2 langkah tapi untuk bisa lari 4 langkah,” kata Agstried.

Cisca Becker mengakui orang tua rentan mengalami parental burnout. “Pasti mengalami sih, ada masa-masa level stresnya makin tinggi, bahkan sejak sebelum pandemi. Yang sering banget jadi alarm itu kalau saya udah mulai gampang marah, walaupun sedang bersama anak. Kalau sudah begitu, mulai memilah-milah, mana yang bisa diprioritaskan mana yang tidak, mana yang bisa dioper ke pasangan atau orang lain,” katanya.

Untuk mengatasi parental burnout, Cisca pun menyisihkan sedikit waktu untuk me-time tanpa gangguan. “Namanya manusia kan, bukan robot, jadi bisa lelah. Me-time itu memang perlu. Bukan untuk diri sendiri, kita perlu mengisi ulang fisik dan mental, supaya bisa mencintai keluarga dengan lebih baik lagi. Me time tidak usah muluk-muluk, membaca buku 1 jam saja tanpa diganggu udah lumayan. Waktunya tentu dikomunikasikan dengan pasangan,” kata Cisca.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Alasan Orang Tua Tak Boleh Abaikan Waktu Bermain Remaja

10 jam lalu

Ilustrasi remaja (pixabay.com)
Alasan Orang Tua Tak Boleh Abaikan Waktu Bermain Remaja

Waktu bermain bukan saat anak memegang gawai melainkan berinteraksi dengan teman-teman sebaya dan hal ini harus jadi perhatian orang tua.


Psikolog Minta Orang Tua Bekali Anak dengan Panduan Gunakan Media Sosial

11 jam lalu

Ilustrasi anak-anak yang sedang membuka media sosial atau sosmed (Foto: Pexels)
Psikolog Minta Orang Tua Bekali Anak dengan Panduan Gunakan Media Sosial

Paparan konten negatif di media sosial bisa menimbulkan gangguan perkembangan sosial pada anak yang belum matang secara emosional.


Pemicu Remaja Terpengaruh Hal Negatif, Media Sosial dan Kurang Percaya Diri

1 hari lalu

Ilustrasi remaja perempuan sedang melihat gawai. (Unsplash/Luke Porter)
Pemicu Remaja Terpengaruh Hal Negatif, Media Sosial dan Kurang Percaya Diri

Pengaruh media sosial merupakan pemicu remaja rentan terpengaruh hal buruk, selain karena korban pola asuh yang kurang maksimal.


Alasan Psikolog Minta Pernikahan Sudah Dipikirkan sejak Remaja

1 hari lalu

Ilustrasi Pernikahan/Alissha Bride
Alasan Psikolog Minta Pernikahan Sudah Dipikirkan sejak Remaja

Psikolog mengatakan persiapan pernikahan dan berkeluarga sebaiknya sudah dipikirkan sejak remaja, ini alasannya.


Tubuh yang Tetap Aktif Bantu Cegah Keinginan Bunuh Diri

3 hari lalu

Ilustrasi pencegahan atau stop bunuh diri. Shutterstock
Tubuh yang Tetap Aktif Bantu Cegah Keinginan Bunuh Diri

Psikolog mengatakan menjaga tubuh tetap aktif dan terkena sinar matahari bisa menjadi pertolongan pertama mencegah pikiran bunuh diri.


Saran Psikolog untuk Bantu Rekan Kerja yang Stres agar Tak Bunuh Diri

3 hari lalu

Ilustrasi pekerja stres. Shutterstock
Saran Psikolog untuk Bantu Rekan Kerja yang Stres agar Tak Bunuh Diri

Rekan kerja yang melihat rekan lain sedang menghadapi masalah berat bisa dibantu dengan mengamati lingkungan sekitar untuk mencegahnya bunuh diri.


10 Makanan yang Bisa Meredakan Stres

5 hari lalu

Ilustrasi mengurangi stress. Freepik.com/fabrikasimf
10 Makanan yang Bisa Meredakan Stres

Stres karena berbagai hal dapat diredakan dengan 10 makanan berikut.


Saran Psikolog agar Anak Aman Gunakan Gawai

15 hari lalu

Ilustrasi anak main ponsel pintar. (Shutterstock.com)
Saran Psikolog agar Anak Aman Gunakan Gawai

Psikolog menyarankan orang tua memakai aplikasi yang aman untuk mengontrol penggunaan gawai pada anak.


Cegah Pernikahan Dini, Orang Tua Bisa Mulai Ajarkan Tanggung Jawab dan Komitmen

17 hari lalu

Ilustrasi pesta pernikahan. Pexel/Kha Ruxury
Cegah Pernikahan Dini, Orang Tua Bisa Mulai Ajarkan Tanggung Jawab dan Komitmen

Simak peran penting keluarga dalam mencegah pernikahan dini.


Kenapa Bisa Bau Ketiak? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

17 hari lalu

Ilustrasi bau badan. shutterstock.com
Kenapa Bisa Bau Ketiak? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Bau ketiak bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Kenali penyebab dan cara mengatasinya agar selalu segar sepanjang hari.