TEMPO.CO, Jakarta - Pemberian makanan pendamping air susu ibu, MPASI, merupakan masa krusial selanjutnya untuk pertumbuhan dan perkembangan si kecil. Faktanya, masih banyak ibu yang menggunakan referensi yang tidak tepat dalam tahap MPASI ini. Banyak kesalahan dalam pemilihan menu MPASI misalnya.
Untuk menggali lebih dalam, Teman Bumil dan Populix melakukan survei untuk melihat sejauh mana pemahaman Mums tentang pemberian MPASI yang benar. Survei ini dilakukan pada tanggal 9-18 Februari 2021, dan ada 1.179 followers Instagram atau pengguna Teman Bumil yang mengikuti survei secara online. Dalam tren menu yang dipilih oleh para ibu, para responden ternyata cukup sering mengikuti tren. Misalnya, 56 persen ibu berencana mengikuti metode MPASI menu 4 bintang, 25 persen ingin mengikuti metode menu seimbang, 13 persen akan mengikuti metode menu lengkap, dan 4 persen tertarik mengikuti metode baby led weaning (BLW).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menganjurkan pemberian MPASI secara responsif dengan menu lengkap dan seimbang. Artinya, MPASI harus mengandung zat makro dan zat mikro tercakup di dalamnya. “Pada MPASI 4 bintang seringkali kita cenderung melupakan minyak sebagai komponen yang penting dalam gizi anak,” jelas kata dokter spesialis anak, konsultan nutrisi dan penyakit metabolik dari FKUI/RSCM Titis Prawitasari dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 10 Maret 2021.
Meskipun daging dan protein hewani mengandung lemak, tapi seringkali lemaknya ini justru tidak dipakai dalam pembuatan MPASI. Sementara itu, MPASI baby led weaning (BLW) berisiko tidak memenuhi kebutuhan nutrisi anak, karena dalam metode ini, anak dibiarkan memilih dan mengambil makanannya sendiri.
Nampaknya, pengaruh influencer di sosial media menjadi alasan metode MPASI yang dipilih para ibu. Dari survei ini, diketahui bahwa kebanyakan ibu mendapatkan informasi dari internet, lalu kemudian media sosial. Ada 361 dari 1.179 responden mengaku mengikuti gaya MPASI influencer atau public figure. Influencer atau public figure yang paling banyak diikuti para ibu muda ini diantaranya Dokter Meta Hanindita, Anisya Cahya, Fitri Tropica, Tiara Pangestika, dan Rachel Venya.
Kepada Teman Bumil, Psikolog Klinis Adityana Kasandra Putranto menjelaskan bahwa beberapa Mums memilih mengikuti gaya pemberian MPASI influencer dan public figure karena masalah latar belakang pendidikan dan kapasitas pemahaman. “Akan lebih mudah bagi mereka untuk mengikuti dan mencerna gaya hidup artis yang menjadi idola mereka, selain karena para artis juga memiliki kapasitas persuasif lebih tinggi dibandingkan kelompok keluarga, teman, dan ahli,” kata Kasandra.
Baca: Anak Mulai MPASI, Jangan Abai pada Jumlah dan Frekuensi Makan
Ia menambahkan, selama konten materi yang disampaikan sesuai dengan bukti ilmiah, tentunya dampaknya positif. Hal serupa juga diutarakan oleh Titis. “Sepanjang sesuai dengan panduan WHO atau rekomendasi lembaga terpercaya, tidak masalah mengikuti gaya MPASI influencer atau public figure,” kata Titis.
Survei itu juga menyebutkan, bahwa para ibu cukup paham tentang pentingnya protein hewani dalam MPASI. “Protein hewani sangat penting untuk pertumbuhan anak karena memiliki jenis amino yang lebih lengkap dibanding protein nabati,” kata Titis.
Lemak juga sangat penting untuk pertumbuhan si kecil. Sumber lemak dapat diberikan di saat proses pengolahan MPASI. Contohnya, minyak dapat digunakan dalam menumis dan menggoreng. Namun, lemak juga bisa diberikan dalam bentuk camilan dan campuran, misalnya parutan keju.
Untuk pencampuran gula dan garam dalam MPASI, ada yang perlu diluruskan. “Kata mencampur berkonotasi MPASI sudah jadi lalu kemudian ditambahkan taburan garam dan gula. Ini pengertian yang salah. Yang diperbolehkan adalah gula dan garam tersebut adalah bagian dari makanan yang dijadikan MPASI,” kata Titis.
Untuk lebih jelasnya, MPASI seringkali merupakan makanan keluarga yang teksturnya disesuaikan dengan usia anak. Saat memasak dan membuatnya, ibu bisa memasukkan bumbu-bumbu sesuai seperti biasanya, termasuk garam dan gula. Sementara itu, WHO tidak menganjurkan MPASI dibuat menggunakan bahan-bahan yang meningkatkan rasa seperti MSG. “Cara lain yang aman untuk meningkatkan rasa gurih adalah menggunakan kaldu dari rebusan daging, ayam, maupun udang, serta memberikan bumbu yang sesuai,” katanya.