Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal POTS yang Kerap Dialami Penyintas Covid-19

Reporter

image-gnews
Ilustrasi duduk (pixabay.com)
Ilustrasi duduk (pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Postural Orthostatic Tachycardia Syndrome (POTS) adalah salah satu dari beberapa gejala pasca-COVID-19 yang dialami oleh para penyintas. POTS bukanlah hal baru yang muncul akibat COVID-19. Kondisi ini sering terjadi pada penyintas COVID-19 yang tiba-tiba bangun dari posisi sedang berbaring.

Menurut artikel yang dirilis oleh Johns Hopkins Medicine berjudul “COVID-19 and POTS”, POTS merupakan kondisi atau gejala yang dapat menyebabkan tubuh berfungsi tanpa disengaja dan tanpa dikendalikan oleh sistem saraf, seperti pada detak jantung dan tekanan darah.

"POTS merupakan kelainan atau keadaan otonom pada sistem saraf, biasa disebut dysautonomia. Ini adalah kondisi di mana keadaan tubuh tidak bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan posisi," kata spesialis jantung dan pembuluh darah RS MMC Jakarta, dr. Puti Sarah Saus, Sp.JP-K.

"Jadi, ketika ada perubahan posisi dari tenang atau duduk menjadi berdiri, penderita POTS akan merasakan dada berdebar-debar karena denyut nadi meningkat lebih dari 30 kali per menit dari normal," tambahnya.

Lebih lanjut, ia menambahkan keluhan lain yang bisa juga muncul seperti rasa limbung, pandangan kabur, tubuh terasa lemas, hingga hampir pingsan.

"Namun, seseorang yang dapat dikatakan memiliki gejala POTS adalah ketika mereka tidak memiliki kelainan lain, seperti kekurangan cairan, anemia, atau mengalami demam,” kata Puti.

POTS bisa terjadi karena dua hal, yakni gangguan saraf simpatis yang berfungsi mengatur tekanan darah yang bisa tinggi atau rendah dan nadi yang bisa cepat atau lambat, serta gangguan volume darah di dalam tubuh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Penyintas COVID-19 rentan mengalami gejala POTS karena COVID-19 bisa merusak organ di dalam tubuh. Reaksi antibodi dan antigen yang dikeluarkan tubuh untuk menangkal COVID-19 dapat mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf. Itulah yang akan menimbulkan gangguan pada penderita POTS sehingga penyintas COVID-19 dengan gangguan sistem saraf simpatis bisa mengalami POTS," jelas Puti.

Jika penyintas COVID-19 mengalami POTS yang berasal dari gangguan sistem saraf dan volume cairan yang kurang, maka ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, di antaranya melakukan terapi cairan. Ini adalah terapi awal di mana pasien akan dipenuhi dulu cairannya yang kurang. Misalnya, diberi minum air minimal dua liter sehari dan juga asupan garam atau sodium untuk meningkatkan volume cairan tubuh.

Kemudian, lakukan olahraga yang tepat. Tidak sembarang olahraga bisa dilakukan karena keluhan yang akan dirasakan oleh pasien POTS. Beberapa olahraga yang bisa dilakukan seperti recumbent cycling dan berenang. Recumbent cycling paling mungkin karena bersepeda dengan posisi kepala cukup rendah sehingga membuat penyintas COVID-19 tidak merasa pusing. Namun, aktivitas olahraga ini perlu dikonsultasikan lebih dulu pada dokter ahli, yang biasanya berasal dari Tim Kedokteran Rehabilitasi Medik (Fisioterapi) atau Tim Kedokteran Olahraga.

"Dan hal yang terpenting berikutnya yaitu berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung dan spesialis saraf. Pada pasien POTS dengan gejala lebih berat diperlukan peran kombinasi dua dokter spesialis tersebut. Dokter spesialis jantung bisa memberikan terapi tambahan seperti beta-blocker untuk menurunkan nadi yang cepat dan dokter spesialis saraf untuk membantu pemulihan pada saraf yang mengalami gangguan," saran Puti buat penyintas COVID-19.

Baca juga: Alasan Pasien COVID-19 Harus Banyak Minum Air Putih

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

16 jam lalu

Dwina Septiani Wijaya. Dok. Peruri
Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.


Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

2 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?


Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

2 hari lalu

ilustrasi jantung (pixabay.com)
Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

Jantung bocor terjadi ketika salah satu dari empat katup di jantung Anda tidak menutup rapat.


Memahami Tahapan Alzheimer, pada Usia Berapa Biasa Terserang?

3 hari lalu

Ilustrasi demensia/Alzheimer. Wisegeek.com
Memahami Tahapan Alzheimer, pada Usia Berapa Biasa Terserang?

Meski biasanya dialami lansia atau usia 65 tahun ke atas, orang yang lebih muda juga bisa kena Alzheimer. Kenali tahapannya agar waspada gejalanya.


Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

4 hari lalu

Gambar mikroskop elektron pemindaian ini menunjukkan SARS-CoV-2 (obyek bulat biru), juga dikenal sebagai novel coronavirus, virus yang menyebabkan Covid-19, muncul dari permukaan sel yang dikultur di laboratorium yang diisolasi dari pasien di AS. [NIAID-RML / Handout melalui REUTERS]
Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.


Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

7 hari lalu

Guru Besar Pulmonologi di FKUI Tjandra Yoga Aditama, yang juga Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. dok pribadi
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa


KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

7 hari lalu

Bupati Muna (nonaktif), Muhammad Rusman Emba, menjalani pemeriksaan lanjutan, di gedung KPK, Jakarta, Jumat, 19 Januari 2024. Muhammad Rusman, diperiksa sebagai tersangka dalam pengembangan penyidikan perkara dugaan tindak pidana korupsi pemberian hadiah atau janji terkait pengajuan Dana Pemulihan Ekonomi Nasional daerah Kabupaten Muna Tahun 2021 - 2022 di Kementerian Dalam Negeri. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.


Penelitian Sebut Diet Ini Bisa Turunkan Risiko Gagal Jantung

8 hari lalu

Ilustrasi wanita diet. Freepik.com/Schantalao
Penelitian Sebut Diet Ini Bisa Turunkan Risiko Gagal Jantung

Diet sayur dan rendah gula, yang dikenal sebagai diet EAT-Lancet, membantu mengurangi risiko gagal jantung. Bagaimana hubungannya?


7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

10 hari lalu

Ilustrasi kucing (Pixabay)
7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika kucing kehilangan lebih banyak cairan dari yang mereka konsumsi.


Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

14 hari lalu

Ilustrasi kemacetan arus mudik / balik. TEMPO/Prima Mulia
Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.