TEMPO.CO, Jakarta - Banyak yang mengatakan terlalu sering makan mi instan tidak baik untuk kesehatan. Mengapa begitu? Dilansir dari laman Times of India, Sabtu, 16 November 2019, sebagian besar merek mi instan mengandung monosodium glutamat (MSG), zat aditif untuk meningkatkan cita rasa makanan.
Aditif disintesis secara kimia dapat memicu pusat kesenangan di otak yang membuat Anda ketagihan dan menginginkan makan mi instan lebih banyak.
Penelitian juga menemukan bahwa konsumsi MSG berlebih bisa menyebabkan penambahan berat badan, peningkatan tekanan darah, sakit kepala, dan berdampak negatif pada otak.
Mi instan juga memiliki nutrisi yang rendah. Di dalamnya ada banyak kalori, gula, lemak jenuh, dan tanpa protein atau serat. Selain itu, mi instan memiliki natrium yang tinggi.
Kelebihan natrium ini bisa mengakibatkan tekanan darah tinggi, gagal jantung, batu ginjal, dan kanker perut. Mi instan juga mungkin mengandung jejak logam berat yang berlebihan seperti timbal, merkuri, arsenik, dan tembaga.
Otoritas Keamanan dan Standar Pangan India (FSSAI) memang mengizinkan logam ini hanya sampai jumlah tertentu. Terlalu banyak mengonsumsinya akan menyebabkan keracunan logam yang bisa berakibat pada kerusakan organ, perubahan perilaku, dan penurunan kemampuan kognitif.
AMELIA RAHIMA SARI
Baca juga: Kiat Menyajikan Mi Instan agar Bahayanya Berkurang