TEMPO.CO, Jakarta - Pelecehan seksual pada pria bukanlah hal yang dapat disepelekan. Sama seperti perempuan, pria korban pelecehan seksual bisa mengalami trauma yang berkepanjangan.
Terbaru meruak kabar dugaan pelecehan seksual pada seorang pegawai pria di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) oleh sejumlah rekan kerjanya hingga membuatnya trauma.
Pelecehan seksual pada pria dialami kadang menjadi lebih sulit untuk dibahas lantaran stereotip maskulin yang dibebankan kepada mereka. Padahal pria korban pelecehan seksual bisa mengalami dampak psikologis seperti merasa malu atau ragu, lantaran tidak dapat melawan pelaku pelecehan seksual. Tak hanya itu pria juga mengalami kecemasan, sulit makan, sulit tidur, menarik diri dari sosial, dan lainnya.
Mengetahui dampak tersebut, ada beberapa hal yang bisa dilakukan ketika mendapati korban pelecehan seksual pada pria antara lain:
- Dengarkan
Pada kondisi krisis yang dialami korban pelecehan seksual, mereka perlu mendapat perhatian serius. Bukanlah hal mudah bagi korban untuk bicara tentang apa yang ia alami. Sebabnya ketika mereka memutuskan mau buka suara maka pastikan kita menjadi pendengar yang baik.
- Validasi perasaan mereka
Jangan sampaikan sedikit pun pernyataan yang kemungkinan besar menolak kebenaran atau kesaksian korban. Jangan pula menyampaikan penyataan positif yang justru menggangu (toxic positivity). Hindari kalimat seperti ‘Ini akan jadi lebih baik’ atau ‘Kamu harusnya tidak perlu merasa begitu buruk’ dan lainnya yang bisa mengarah pada menyalahkan korban.
Jika tampaknya korban di kondisi tersebut butuh respon, maka sampaikan pernyataan seperti "Saya percaya kamu" atau "Kedengarannya seperti hal yang sangat sulit untuk dilalui."
- Tunjukan Keprihatinan
Beri tahu mereka secara langsung bahwa kita peduli dengan mereka dengan mengatakan sesuatu seperti “Aku peduli padamu” atau “Aku di sini untukmu.”
- Jangan Bertanya Eksplisit Kejadian
Bukan hal mudah bagi penyintas akhirnya memutuskan untuk membagi kejadian pelecehan seksual. Ketika mendengarkan cerita korban, hindari pertanyaan mendetail tentang penyerangan tersebut.
Pendengar cerita penyintas tidak membutuhkan kronologis eksplisit kejadiannya terjadi.
5. Menyediakan sumber daya yang sesuai
Kita bisa membantu penyintas pelecehan seksual mengakses sumber daya, layanan kesehatan, atau layanan bantuan lain jika ia mengalami kesulitan.
TIKA AYU
Baca juga:
Jangan Anggap Sepele, 9 Gejala Trauma Pada Pria Korban Pelecehan Seksual