TEMPO.CO, Jakarta - Posnel dan masyarakat hari ini adalah dua hal yang seolah tak terpisahkan. Bagi sebagian masyarakat smartphone menjadi barang yang wajib dipunyai dalam kehidupan modern.
Baca juga:
Bahkan ada anekdot yang menyatakan bahwa kebutuhan utama sebagian besar manusia sudah tidak sandang, pangan, dan papan, tetapi sandang, pangan, dan kuota. Anekdot tersebut menggambarkan bagaimana kehidupan manusia saat ini yang memang tidak bisa dilepaskan dari ponsel.
Namun, di balik keterkaitan manusia dengan smartphone terdapat satu sindrom berbahaya yang bisa menyebabkan kegelisahan dan kecemasan, yaitu nomofobia. Nomofobia merupakan suatu sindrom ketakutan jika tidak mempunyai telepon genggam atau akses ke telepon genggam terbatas.
Mengutip dari verywellmind.com, Jumat, 10 September 2021, istilah ini pertama kali muncul pada 2008 saat Kantor Pos Inggris sedang melakukan suatu riset.
Riset tersebut menunjukan bahwa 53 persen partisipan dari 2.100 partisipan mengalami nomofobia. Banyak di antara mereka yang mengatakan bahwa mereka akan merasa gelisah dan cemas jika tidak menggunakan telepon genggam serta banyak juga yang mengatakan bahwa mereka takut ketinggalan informasi-informasi yang up to date.
Oleh karena itu, banyak penderita Nomofobia yang akan merasakan kegelisahan, kecemasan, bahkan ketakutan berlebih jika akses mereka terhadap ponsel terbatas. Untuk lepas dari nomofobia, banyak orang yang harus melakukan pengobatan secara medis untuk lepas dari ketergantungan pada smartphone.
EIBEN HEIZIER
Baca juga: