TEMPO.CO, Jakarta - Setiap 26 September 2021, dunia memperingati Hari Kontrasepsi Sedunia atau World Contraception Day (WCD). Kontrasepsi merupakan cara atau metode untuk mencegah atau menunda kehamilan.
Ada banyak jenis alat kontrasepsi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi. Selain itu, masing-masing kontrasepsi memiliki perbedaan dalam cara pemakaian atau cara kerjanya. Melansir dari laman rskasihibu.com, berikut ini beberapa jenis alat kontrasepsi temporer beserta kelebihan dan kekurangannya.
Kondom
Kondom merupakan alat kontrasepsi yang paling umum. Alat kontrasepsi satu ini terbilang paling mudah ditemukan dan praktis digunakan.
Sejauh ini, kondom yang beredar di pasaran masih didominasi untuk laki-laki, sedangkan kondom untuk perempuan masih jarang ditemukan. Kondom perempuan hampir mirip dengan laki-laki, tetapi harus dipasang di mulut vagina 8 jam sebelum melakukan hubungan seksual.
Kelebihan dari kondom sebagai alat kontrasepsi adalah untuk mencegah kehamilan dan penyakit menular seksual (PMS). Selain itu, harga kondom terbilang cukup terjangkau untuk semua kalangan.
Sementara itu, kekurangan kondom adalah hanya sekali pakai dan risiko bocor.
Spermisida
Alat ini biasanya berupa jeli, krim, membran, atau busa yang mengandung bahan kimia untuk membunuh sperma. Spermisida akan diaplikasikan di dalam vagina sebelum penetrasi.
Meski terdengar asing, spermisida sebenarnya dapat didapatkan dengan mudah. Penggunaan alat kontrasepsi ini akan lebih efektif jika digunakan dengan kontrasepsi lain, seperti kondom. Kelebihan dari spermisida adalah harganya cukup terjangkau dan mudah digunakan.
Diafragma
Kontrasepsi jenis ini diletakkan di dalam vagina untuk menutup leher rahim sehingga menghalangi sperma masuk. Diafragma sendiri bentuknya mirip cangkir, tetapi cekungannya tidak dalam. Umumnya, alat ini digunakan bersama spermisida.
Kelebihannya, harga relatif terjangkau. Namun, diafragma terbilang kurang praktis. Sebab, pemasangan harus dilakukan oleh dokter, harus dilepas saat haid, tingkat kegagalan mencapai 17 persen.
Pil KB
Alat kontrasepsi lainnya adalah pil yang mengandung kombinasi hormon progesteron dan esterogen. Di Indonesia, istilah populernya adalah pil KB (Keluarga Berencana).
Pil KB membantu menahan ovarium agar tidak memproduksi sel telur. Dampaknya, sel telur tidak bertemu dengan sel sperma. Konsumsi pil ini haru sesuai dengan resep dokter dan biasanya diminum di waktu yang sama setiap hari.
Melansir dari cdc.gov, tingkat kegagalan pil KB hanya sekitar 7 persen. Selain itu, pil ini mampu melancarkan haid dan mengurangi kram.
Kekurangannya, pil ini tidak diperuntukkan untuk perempuan usia di atas 35 tahun, perokok, dan memiliki riwayat pembekuan darah atau kanker payudara. Lalu, pil KB juga berpotensi menaikkan berat badan.
KB suntik
Melansir dari laman dppkbpmd.bantulkab.go.id, metode ini menyuntikkan hormon progestin ke aliran darah untuk menghentikan ovulasi. Ada dua jenis suntikan, yakni suntik KB 3 bulan dan 1 bulan.
Kelebihan dari metode ini ialah lebih praktis dan efektif dari pil KB dengan tingkat kegagalan hanya 4 persen.
Kekurangan dari kontrasepsi jenis ini ialah relatif mahal dan perlu kunjungan ke dokter. Selain itu, cara ini tidak memberikan perlindungan terhadap PMS, siklus menstruasi tidak teratur. Lalu, metode ini tidak dianjurkan untuk perempuan dengan riwayat migrain, diabetes, sirosis hati, stroke, dan serangan jantung.
M. RIZQI AKBAR
Baca juga:
Hari Kontrasepsi: Sejarah Kondom, dari Kulit Binatang hingga Lateks