TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok mahasiswa UGM yang sedang melaksanakan KKN mengajarkan ibu-ibu di Dusun Bayalangu Banjarnegara membuat sabun dari minyak jelantah.
Selain dapat diolah jadi biodiesel, juga dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sabun batang maupun cair. Bahkan proses pembuatannya terbilang mudah dan tidak muluk-muluk.
Mahasiswa KKN UGM itu mengajak ibu-ibu anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga atau PKK Dusun Bayalangu, Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah untuk memanfaatkan minyak jelantah yang selama ini dibuang begitu saja menjadi sabun yang bermanfaat.
Kegiatan pengajaran tersebut masuk dalam program Pekan Kreatifitas Mahasiswa atau PKM bidang Pengabdian Masyarakat yang lolos dari investasi Kemdikbud Ristek tahun 2021 ini, yang terdiri dari Dwiana Putri Setyaningsih, Qoryroh, Youngky Sulistio, dan Achmad Firmansyah.
Melansir dari laman resmi UGM, ugm.ac.id, salah satu mahasiswa yang tergabung dalam kelompok tersebut, Dwiana Putri Setyaningsih mengatakan selama ini minyak jelantah hanya menjadi limbah rumah tangga yang dibuang begitu saja ke tanah maupun saluran air.
Padahal tindakan tersebut dapat membahayakan lingkungan. Pakar lingkungan Institut Teknologi Bandung, Katrina Oginawati, menjelaskan bahwa minyak jelantah yang dibuang sembarangan sangat mencemari sekaligus meracuni lingkungan.
Katrina mengatakan, minyak jelantah yang dibuang ke saluran air misalnya, akan menyebabkan pipa air tersumbat oleh lemak yang menempel. Parahnya, jika lemak minyak jelantah terbawa hingga ke danau atau laut, limbah ini akan berkumpul dan membentuk suatu lapisan yang dapat membentuk kover menutupi permukaan air. Kondisi ini jelas dapat menghalangi masuknya sinar matahari dan oksigen ke dalam air.
“Cahaya tidak masuk ke perairan, termasuk oksigen juga sukar masuk karena lemak minyak menutupi permukaan sehingga mengurangi O2 yang masuk ke sungai yang disebut anaerob atau kurang O2 atau barangkali oksigennya nol.”
Sementara itu, menurut Dwiana, rata-rata masyarakat Dusun Bayalangu menghasilkan lebih dari 100 milliliter minyak jelantah setiap harinya. Setelah melakukan proses penggorengan, mereka langsung membuang minyak jelantah tersebut.
“Beberapa yang lainnya menggunakan minyak jelantah secara terus menerus untuk memasak, hal ini tentunya berdampak buruk pula bagi kesehatan,” tutur Dwiana, pada Kamis, 23 September 2021, dikutip Tempo dari laman ugm.ac.id.
Selanjutnya bagaimana cara mengolah minyak jelantah menjadi sabun cair seperti sabun produksi pabrik