TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang berlangsung selama satu tahun delapan bulan ini mengakibatkan perubahan gaya hidup yang signifikan. Ketika sebagian besar orang bekerja dan belajar dari rumah, mereka cenderung beraktivitas dalam posisi duduk dan kurang bergerak.
Jika sebelum pandemi, seseorang harus bergerak, mulai dari bagun tidur, sarapan, mandi, bersiap ke kantor, berjalan kaki dari rumah ke sarana transportasi umum, bekerja, kemudian sesekali berjalan kecil di area bekerja. Sebelum pulang, mungkin mampir dulu ke pusat kebugaran atau menyempatkan diri berolahraga. Namun selama pandemi, semua jadi lebih simpel. Bangun tidur, duduk di depan komputer, bekerja. Dan kebiasaan ini bisa jadi berlangsung setiap hari selama pandemi.
Pelaksana Tugas Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan, Elvieda Sariwati mengatakan, perubahan gaya hidup selama pandemi, seperti berkurangnya aktivitas fisik dan konsumsi gula berlebih, berpotensi meningkatkan risiko obesitas. "Jujur saja, (selama pandemi) pasti banyak yang kurang bergerak, sering pesan makanan online, dan memilih makanan yang tinggi gula dan lemak," kata Elvieda dalam diskusi daring "Beat Obesity Community Festival" dari Nutrifood pada Kamis, 4 November 2021.
Kendati belum ada penelitian mendalam atau data yang lebih detail tentang berapa banyak kemunculan obesitas baru selama pandemi Covid-19 ini, Elvieda mengatakan, kecenderungan tersebut memperparah tingkat obesitas di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018, tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat menjadi 21,8 persen dan prevalensi berat badan berlebih juga bertambah dari 11,5 persen di 2013 ke 13,6 persen pada 2018.
Perubahan gaya hidup selama pandemi seperti konsumsi gula berlebih dan berkurangnya aktivitas fisik berpotensi meningkatkan risiko obesitas. "Obesitas memiliki risiko prediabetes dan diabetes, di mana hampir 90 persen orang dengan diabetes tipe 2 ternyata mengalami masalah kelebihan berat badan atau obesitas," ujarnya.
Masih merujuk pada Riskesdas 2018, Elvieda melanjutkan, prevalensi diabetes menunjukkan dari 6,9 persen pada 2013, menjadi 8,5 persen di 2018. Diabetes dapat menjadi jalan pintas penyakit tidak menular lainnya, seperti gangguan penglihatan, penyakit jantung, gagal ginjal, dan gangguan saraf. Diabetes termasuk salah satu faktor komorbid yang berkaitan dengan peningkatkan tingkat keparahan Covid-19.
Sebab itu, Elvieda mengingatkan agar masyarakat menerapkan perilaku hidup sehat dengan menjalani Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan mencegak penyakit tidak menular dengan perilaku CERDIK. Tujuh panduan GERMAS adalah melakukan aktivitas fisik, makan buah dan sayur, tidak merokok, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, memeriksakan kesehatan secara berkala, menjaga kebersihan lingkungan, dan menggunakan jamban. Adapun singkatan CERDIK sebagai perilaku mencegah penyakit tidak menular adalah Cek kesehatan rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.
Head of Strategic Marketing Nutrifood, Susana mengatakan, selama pandemi, perusahaannya membuat program Beat Obesity untuk karyawan dengan obesitas untuk hidup lebih sehat. Program tersebut berlangsung sejak Maret sampai September 2021 dan diikuti 132 karyawan yang ingin menurunkan berat badannya. "Karena pandemi, hampir seluruh program pendampingan diadakan secara virtual," katanya.
Cara mendampingi karyawan yang ingin menurunkan berat badan dan menerapkan gaya hidup sehat ini, menurut dia, terdiri atas pemeriksaan kesehatan menyeluruh atau medical check up, survei kebiasaan hidup sehat, membentuk support group atau kelompok pendukung. Mereka juga mengadakan kelas olahraga virtual, olahraga mandiri, edukasi kesehatan, menyediakan makan siang khusus bagi karyawan yang berlokasi di pabrik, dan konsultasi kesehatan dengan dokter. "Setelah berjalan selama enam bulan, hampir 80 persen peserta program ini mengalami penurunan berat badan rata-rata 4,5 kilogram, bahkan ada yang bobotnya turun lebih dari 10 kilogram," kata Susana.
Baca juga:
Dosis Minum Susu agar Berat Badan Tetap Stabil dan Buat yang Intoleransi Laktosa
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.