TEMPO.CO, Jakarta - Kebutuhan waktu tidur berbeda berdasarkan usia. Semakin dewasa seseorang, maka kebutuhan waktu tidurnya pun makin berkurang, seperti dikutip dari situs web Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan.
Bayi di bawah usia dua bulan membutuhkan waktu tidur 14 jam hingga 18 jam dalam sehari. Saat berusia 18 bulan, kebutuhan tidur berubah menjadi 12 jam hingga 18 jam. Anak usia batita dan balita, rata-rata membutuhkan waktu tidur 11 jam hingga 13 jam.
Baca Juga:
Adapun anak-anak usia 6 tahun sampai 12 tahun membutuhkan waktu tidur selama 10 jam dalam sehari. Ketika berumur 12 tahun hingga 18 tahun waktu tidurnya makin sedikit menjadi 8 jam atau 9 jam. Orang yang berusia 18 tahun hingga 40 tahun memerlukan waktu tidur selama 7 jam hingga 8 jam.
Ketika sudah lanjut usia (lansia) kebutuhan tidur menjadi 6 jam atau 7 jam saja dalam sehari, terutama usia di atas 60 tahun. Kebutuhan waktu tidur itu untuk menunjang kesehatan tubuh. Sebab, jika seseorang kurang tidur, maka tak baik untuk kesehatan.
Ahli kesehatan Université de Paris, Damien Leger meneliti, bahwa kurang tidur menyebabkan risiko kematian dan depresi yang lebih tinggi. Itu jika dibandingkan dengan orang yang tercukupi waktu tidurnya. Jika kurang tidur pada malam, maka perlu untuk menebus waktunya sampai tercukupi.
Torbjörn Åkerstedt, ahli kesehatan dari Stress Research Institute menjelaskan, stres menjadi salah satu penyebab utama gangguan tidur. Data menunjukkan, risiko gangguan tidur meningkat seiring bertambahnya usia. Tapi, agaknya ada juga peningkatan gangguan tidur tersebab stres pada orang muda di zaman modern.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders merangkum data, ada empat kategori gangguan yang menyebabkan kurang tidur yaitu disomnia, parasomnia, insomnia dan hipersomnia. Ada juga gangguan tidur karena kondisi medis dan zat tertentu.
Kurang tidur dapat menyebabkan kinerja yang buruk, menurut Sona Nevsimalova selaku peneliti di Departemen Neurologi, Universitas Charles. Orang yang kurang tidur akan mudah lelah, di antaranya kesulitan mengingat, kemampuan konsentrasi pun menurun. Itu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan masalah kesehatan lainnya antara lain, depresi, kardiovaskular, gangguan penapasan, ginjal, pencernaan, dan tulang.
Saking pentingnya kualitas tidur, para ahli kesehatan pun saling bertukar pikiran untuk penelitian. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pernah mengadakan pertemuan di Bonn, Jerman, pada 22 Januari hingga 24 Januari 2004. Para ahli kesehatan berkumpul membahas berbagai permasalahan terkait tidur. Pertemuan itu mengungkap, bahwa efek utama kurang tidur bisa menyebabkan gangguan fisik, kognitif, dan kesehatan mental.
HENDRIK KHOIRUL MUHID