TEMPO.CO, Jakarta - Dibandingkan dengan varian Delta, Omicron dikatakan hanya menyebabkan COVID-19 bergejala ringan seperti tenggorokan gatal, nyeri otot ringan, kelelahan ekstrem, batuk kering dan keringat malam. Namun, COVID-19 varian Omicron dapat menyebabkan pasien mengalami gejala yang hanya terjadi pada malam hari.
Seorang dokter di Inggris mengklaim varian baru ini menyebabkan beberapa pasien banyak berkeringat di malam hari. Dr. Amir Khan dari Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) menyebutkan di antara lima pasien COVID-19 yang terinfeksi varian Omicron, salah satunya mengalami gejala menonjol karena hanya muncul pada malam hari, seperti dikutip dari Medical Daily.
Dia mencatat berkeringat di malam hari yang dialami pasien bisa menyebabkan ia bangun dan berganti pakaian. Ini bukan pertama kali para ahli mengamati keringat berlebih di malam hari pada pasien COVID-19. Pada Desember 2021, sekelompok peneliti juga mencatat 114 dari 212 peserta studi melaporkan banyak berkeringat sementara 102 lain melaporkan berkeringat pada malam hari saat memerangi virus.
Sementara itu, penelitian berbeda yang diterbitkan Rumah Sakit Universitas Guizhou beberapa waktu lalu menunjukkan keringat malam bisa menjadi gejala pertama pneumonia COVID-19. Namun, laporan ilmiah itu tidak didukung bukti yang luas sehingga penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendukung apa yang peneliti temukan. Meski demikian, beberapa ahli medis sejak itu mengakui keringat malam sebagai salah satu gejala infeksi COVID-19.
“Penting bagi kita untuk tetap waspada terhadap gejala-gejala ini. Jika ingin melacak Omicron di seluruh dunia, kita harus bisa menguji orang-orang dengan gejala ini,” kata Khan, seperti dikutip dari New York Post.
Angelique Coetzee, dokter Afrika Selatan yang pertama kali membunyikan alarm pada varian Omicron. Dia mengatakan, sebagian besar pasien Omicron menunjukkan gejala yang sangat ringan dari infeksi.
Baca juga: Memahami Masa Inkubasi dan Pengaruhnya bagi Tubuh