TEMPO.CO, Jakarta - Putus cinta bisa terjadi pada siapa saja. Mungkin terdengar berlebihan, tapi hal itu bisa berdampak bagi kesehatan seseorang.
“Akhir suatu hubungan adalah masa yang membawa berbagai perubahan bagi manusia. Orang-orang mengalami perubahan fisik dan emosional saat menghadapi perpisahan,” kata psikolog Devisha Batra, dikutip dari laman Health Shots, Selasa, 21 Desember 2021.
Baca juga:
Batra melanjutkan, beberapa orang yang putus cinta mengalami keraguan diri, sementara yang lain merasa menyesal. Beberapa orang juga mengalami kesedihan dan kemarahan, beberapa lainnya mungkin merasa buruk tentang diri sendiri.
Lantas, apa dampak putus cinta bagi kesehatan?
Dilansir dari Healthline, sebuah penelitian menemukan orang-orang yang baru saja putus cinta mengalami aktivitas otak yang sama ketika mereka kesakitan fisik. Para peneliti menyimpulkan, penolakan serta rasa sakit emosional dan fisik diproses di wilayah otak yang sama.
Ini bisa jadi karena sistem aktivasi simpatik dan parasimpatis dipicu secara bersamaan. Sistem parasimpatis adalah bagian dari sistem saraf yang menangani fungsi santai, seperti pencernaan dan produksi air liur. Ini memperlambat detak jantung dan pernapasan.
Sementara sistem saraf simpatik membuat tubuh siap untuk bertindak. Ini adalah respons “lari atau lawan” yang mengirim hormon mengalir deras ke seluruh tubuh untuk meningkatkan detak jantung dan membangunkan otot-otot.
Ketika keduanya dihidupkan secara bersamaan, tubuh akan mengalami ketidaknyamanan, bahkan mungkin nyeri dada. Dilansir dari WebMD, gejala fisik lain yang mungkin dirasakan adalah sakit kepala.
Selain menyebabkan sakit secara fisik, putus cinta juga menyakitkan bagi kesehatan mental seseorang. Dilansir dari Verywell Mind, sebuah studi menemukan keadaan emosional pasca putus cinta sangat mirip dengan depresi klinis.
Mengalami depresi atau gejala lain setelah putus cinta, terkadang didiagnosis sebagai gangguan penyesuaian dengan suasana hati tertekan atau disebut depresi situasional. Perasaan dengan gangguan penyesuaian ini mampu bertahan enam bulan hingga dua tahun.
Berikut adalah gejala yang lebih serius yang mengindikasikan depresi:
- Perasaan putus asa atau tidak berdaya
- Menurunkan atau menambah berat badan, perubahan nafsu makan
- Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
- Kehilangan kesenangan dan minat
- Perasaan tidak berharga
- Merasa sedih, kosong, atau tidak berharga
- Kelelahan dan kekurangan energi
- Kelesuan
- Pikiran tentang kematian atau bunuh diri
Putus cinta bukanlah akhir segalanya. Waktu akan menyembuhkan rasa sakit itu. Jika tidak memungkinkan, berkonsultasilah dengan psikolog atau psikiater.
AMELIA RAHIMA SARI
Baca juga: Putus Cinta tapi Masih Sayang padanya, Coba Lakukan Ini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.