TEMPO.CO, Jakarta - Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Asupan protein hewani yang cukup bisa membantu anak mencegah kondisi ini. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun mengingatkan orang tua memastikan anak mendapatkan asupan protein hewani yang cukup dan terhindar dari penyakit infeksi demi mencegah stunting.
"Yang penting protein hewani, memastikan jangan ada infeksi di bayi sehingga asupan kalori yang masuk tidak keluar untuk pengobatan saja," ujarnya dalam Media Gathering Ramadan tentang Anak, Selasa, 5 Aptil 2022.
Sejumlah makanan yang menjadi sumber protein hewani antara lain telur, susu, ikan, daging ayam, dan daging sapi. Sumber-sumber makanan itu tidak saja mengandung protein tetapi zat gizi lain yang juga dibutuhkan tubuh anak. Dalam satu butir telur, misalnya, mengandung 75 kalori, 7 gram protein tinggi, zat besi, lemak, dan vitamin.
Sementara itu, dalam upaya mencegah anak terkena penyakit infeksi, Budi mengatakan pemerintah menambahkan jenis vaksinasi, terutama diare dan pneumonia, yang menjadi infeksi terbanyak dialami anak. Di sisi lain, ia memandang pentingnya pemahaman orang tua, khususnya ibu, mengenai pemberian nutrisi pada anak. Dalam hal ini, peran tenaga medis dibutuhkan untuk membantu memberikan pengasuhan nutrisi bagi orang tua.
"Untuk bisa melakukan intervensi yang tepat kepada anak sangat penting bisa mendidik orang tua, pengasuhan nutrisi bagi orang tua. Anak kecil tidak mengerti harus apa tapi ibunya harus mengerti," tutur Budi.
Budi meyakini semua orang tua di Indonesia akan melakukan hal terbaik untuk memastikan anak bisa hidup sehat, tumbuh, serta berkembang secara baik. Lebih lanjut, menurut Budi, bila anak terlanjur terkena stunting, pemerintah telah menyiapkan tatalaksananya, termasuk kapan harus membawa anak ke puskesmas dan rumah sakit.
"Strategi atasi stunting tidak usah kebanyakan program, protein hewani, beri telur, susu. Kalau sakit kirim ke puskesmas, dipastikan dokter ada. Kalau anak stunting, kirim ke rumah sakit. Obatnya ada dan dibayari BPJS," jelas Budi.
Menurutnya, pemerintah sudah cukup mengeluarkan banyak peraturan dan regulasi, tinggal melihat eksekusi di lapangan. Dalam eksekusi pun tak lagi dalam bentuk program Kementerian Kesehatan tetapi harus menjadi gerakan masyarakat.
"Untuk menjadi gerakan kita butuh teman-teman (tenaga kesehatan) yang bisa menularkan konsep ke seluruh masyarakat agar mereka melakukan ini sendiri tanpa harus kita dorong, paksa. Kita fasilitasi saja," katanya.
Budi menambahkan angka stunting di Indonesia saat ini mencapai 24,4 persen, yang berarti satu dari empat anak yang lahir terkena stunting. Stunting pada anak bisa memunculkan dampak buruk, salah satunya menyebabkan penurunan IQ sebesar 20 persen.