Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kaitan Golongan Darah dan Penyakit Jantung, Siapa Paling Berisiko?

Reporter

image-gnews
Ilustrasi kantong darah/golongan darah. Shutterstock
Ilustrasi kantong darah/golongan darah. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Darah yang mengalir melalui pembuluh darah setiap hari punya banyak golongan, yakni A+, A-, B+, B-, O-, O+, AB+, dan AB-. Perbedaan kecil ini biasanya tidak menjadi masalah sampai ketika Anda berada di rumah sakit dan membutuhkan transfusi darah atau setelah mendonorkan darah.

Beberapa mengetahui selama kehamilan ketika perawatan khusus diperlukan untuk orang dengan golongan darah negatif, seperti yang dikutip dari C Net. Penelitian yang sedang berlangsung tentang golongan darah menunjukkan itu lebih penting daripada yang kita pikirkan, setidaknya ketika menilai risiko untuk kondisi kesehatan tertentu, terutama penyakit jantung.

Perbedaan yang tidak terlihat dalam darah ini dapat memberi beberapa orang keunggulan dalam mencegah masalah kardiovaskular. Huruf A, B dan O mewakili berbagai bentuk gen ABO, yang memprogram sel darah secara berbeda untuk membentuk golongan darah yang berbeda pula. Jika memiliki golongan darah AB, tubuh diprogram untuk memproduksi antigen A dan B pada sel darah merah.

Orang dengan golongan darah O tidak menghasilkan antigen apapun. Darah dikatakan positif atau negatif berdasarkan apakah ada protein pada sel darah merah. Jika darah memiliki protein, berarti Rh positif. Orang dengan golongan darah O dianggap sebagai donor universal karena darah mereka tidak memiliki antigen atau protein apapun, yang berarti tubuh siapa pun akan dapat menerimanya dalam keadaan darurat.

Para peneliti tidak sepenuhnya tahu mengapa ada golongan darah yang berbeda. Tetapi faktor-faktor seperti asal nenek moyang dan infeksi masa lalu yang memicu mutasi pelindung dalam darah telah berkontribusi pada keragaman.

Orang dengan golongan darah A, B, atau AB lebih mungkin mengalami serangan jantung atau mengalami gagal jantung dibandingkan orang dengan golongan darah O. Sementara peningkatan risikonya kecil (tipe A atau B memiliki risiko gabungan 8 persen lebih tinggi dari serangan jantung dan 10 persen peningkatan risiko gagal jantung, menurut satu penelitian besar) perbedaan tingkat pembekuan darah jauh lebih tinggi.

Orang-orang dalam penelitian yang sama dengan golongan darah A dan B adalah 51 persen lebih mungkin mengembangkan deep vein thrombosis dan 47 persen lebih mungkin mengembangkan emboli paru, yang merupakan gangguan pembekuan darah yang parah dan juga dapat meningkatkan risiko gagal jantung.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Alasan peningkatan risiko ini ada hubungannya dengan peradangan yang terjadi pada tubuh pemilik golongan darah A, B, atau AB. Protein yang ada dalam darah golongan A dan B dapat menyebabkan lebih banyak penyumbatan atau penebalan di pembuluh darah dan arteri, yang menyebabkan peningkatan risiko pembekuan dan penyakit jantung.

Konsekuensi lain dari golongan darah
Orang dengan golongan darah O berisiko penyakit jantung dan pembekuan darah yang sedikit lebih rendah. Tetapi, mereka lebih rentan terhadap gangguan pendarahan, terutama setelah melahirkan, menurut sebuah penelitian tentang kehilangan darah pascapersalinan, yang menemukan peningkatan risiko pada wanita dengan golongan darah O.

Orang dengan golongan darah O juga lebih parah setelah cedera traumatis karena banyak kehilangan darah. Penelitian lain telah menemukan peningkatan risiko gangguan kognitif pada orang dengan golongan darah AB dibandingkan dengan O. Gangguan kognitif mencakup hal-hal seperti kesulitan mengingat, fokus, atau membuat keputusan.

Penelitian yang ada sekarang menunjukkan golongan darah dapat menentukan skala risiko terkena penyakit jantung. Faktor-faktor besar seperti pola makan, olahraga, atau bahkan tingkat polusi juga berperan dalam menentukan kesehatan jantung. Tidak ada rekomendasi khusus untuk pasien yang mencoba menjaga kesehatan jantung selain diet sehat jantung yang baik dan menurunkan peradangan, terlepas dari golongan darah.

Penelitian di masa depan dapat menawarkan cara yang lebih pasti bagi dokter untuk merawat pasien berdasarkan golongan darah. Semua faktor dipertimbangkan sama, pasien dengan kadar kolesterol sehat dan golongan darah A dapat mengambil manfaat dari mengonsumsi aspirin setiap hari yang mungkin tidak diperlukan orang yang senasib dengan golongan darah O.

Baca juga: Sebab Sebagian Orang Lebih Menarik bagi Nyamuk

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Minum Air Dingin dan Fibrilasi Atrium atau AFib: Mitos dan Fakta yang Perlu Diketahui

6 hari lalu

ilustrasi air dingin (pixabay.com)
Minum Air Dingin dan Fibrilasi Atrium atau AFib: Mitos dan Fakta yang Perlu Diketahui

Setelah minum air dingin memunculkan fibrilasi atrium (AFib). Apa bahayanya bagi kesehatan?


12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

6 hari lalu

Ilustrasi ciri-ciri kolesterol tinggi pada wanita. Foto: Canva
12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.


Pola Tidur Baik Bantu Kurangi Risiko Penyakit Jantung dan Stroke

7 hari lalu

Ilustrasi wanita menggunakan penutup mata saat tidur. Foto: Freepik.com/senivpetro
Pola Tidur Baik Bantu Kurangi Risiko Penyakit Jantung dan Stroke

Pola tidur yang sehat dapat membantu meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan.


Sekilas Mirip, Pahami Beda Memar Biasa dan Hematoma yang Lebih Berbahaya

7 hari lalu

ilustrasi memar (pixabay.com)
Sekilas Mirip, Pahami Beda Memar Biasa dan Hematoma yang Lebih Berbahaya

Bedakan memar biasa dengan hematoma, yang biasanya lebih serius karena melibatkan lebih banyak darah dan pulih lebih lama.


Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

8 hari lalu

ilustrasi jantung (pixabay.com)
Apakah Jantung Bocor Bisa Disembuhkan?

Jantung bocor terjadi ketika salah satu dari empat katup di jantung Anda tidak menutup rapat.


Benarkah Tidur di Lantai atau dengan Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

13 hari lalu

Sejumlah anggota ormas dari BPPKB tidur di lantai  saat menunggu pendataan setelah diamankan oleh tim pemburu preman Polres Jakarta Barat (21/9).  Tempo/Aditia Noviansyah
Benarkah Tidur di Lantai atau dengan Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

Dokter meluruskan beberapa mitos seputar paru-paru basah, termasuk yang mengaitkan kebiasaan tidur di lantai dan kipas angin menghadap badan.


Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

15 hari lalu

Ilustrasi kanker (pixabay.com)
Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.


Penelitian Sebut Diet Ini Bisa Turunkan Risiko Gagal Jantung

15 hari lalu

Ilustrasi wanita diet. Freepik.com/Schantalao
Penelitian Sebut Diet Ini Bisa Turunkan Risiko Gagal Jantung

Diet sayur dan rendah gula, yang dikenal sebagai diet EAT-Lancet, membantu mengurangi risiko gagal jantung. Bagaimana hubungannya?


Gejala Penyakit Jantung yang Biasa Muncul saat Bangun Tidur

21 hari lalu

ilustrasi jantung (pixabay.com)
Gejala Penyakit Jantung yang Biasa Muncul saat Bangun Tidur

Penelitian baru-baru ini menemukan gejala penyakit jantung yang biasanya terjadi di pagi hari. Berikut penjelasannya.


Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Mendiang Babe Cabita

23 hari lalu

Babe Cabita. Foto: Instagram/@raditya_dika
Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Mendiang Babe Cabita

Anemia aplastik merupakan penyakit langka yang terjadi ketika sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel darah dan trombosit yang cukup.