TEMPO.CO, Jakarta - Lebaran identik dengan makanan-makanan lezat dan juga momen pulang kampung atau mudik. Akibatnya, pertemuan, mobilitas, dan interaksi masyarakat meningkat padahal pandemi Covid-19 belum dinyatakan selesai.
Pada saat mudik, anak butuh perhatian khusus karena bertemu banyak sekali orang. Ketua Umum PP IDAI, Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), mengimbau orang tua mewaspadai potensi penyakit.
“Kita bertemu banyak sekali orang. Satu sisi dapat manfaat silaturahmi tapi satu sisi juga harus waspada. Tentu saja berpotensi untuk bisa tertular penyakit-penyakit yang bisa didapatkan di situasi tersebut,” kata Piprim.
Ketua UKK Gastro-Hepatologi IDAI, DR. Dr. Muzal Kadim, Sp.A(K), menjelaskan gangguan saluran cerna pascalebaran kerap terjadi karena fungsinya yang kompleks.
“Saluran cerna fungsinya sangat kompleks, termasuk untuk nutrisi makanan masuk keluar, metabolisme berbagai hormon dan enzim, kemudian untuk imunitas karena merupakan organ kekebalan terbesar. Terjadi gangguan saluran cerna karena semakin kompleks maka semakin sering gangguan,” jelas Muzal.
Dia melanjutkan, terjadinya gangguan disebabkan oleh berbagai faktor yang biasanya terjadi pada saat libur Lebaran.
“Muntah, kembung, diare, sakit perut, intoleransi dan alergi makanan, serta konstipasi, terjadi pada anak secara umum. Apalagi Lebaran, karena ada hal-hal yang berlebihan. Contohnya perubahan pola kehidupan sehari-hari, kelelahan, stres, penurunan imunitas, makan tidak teratur, kurang tidur, dan berkumpul dengan orang banyak,” lanjutnya.
Berkaitan dengan hepatitis akut, Muzal menjelaskan penyakit itu, terutama hepatitis A dan E, penularannya lewat saluran cerna dan adenovirus bisa lewat saluran napas. Jadi, pencegahan harus tetap dilakukan untuk kedua jalan tersebut.
“Pencegahan kedua jalan yaitu mencegah penularan lewat saluran cerna dan melanjutkan protokol Covid-19. Kita lebih baik waspada keduanya, baik dari saluran cerna maupun saluran napas dengan cara menjaga kebersihan tangan, makanan, air, dan lingkungan,” kata Muzal.
Ketua UKK Infeksi Tropik IDAI, DR. Dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), juga mengatakan hal yang sama. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diterapkan untuk mencegah berbagai penyakit, khususnya pada anak-anak.
“PHBS diterapkan dan hati-hati saat anak suka comot sana sini dan lupa cuci tangan. Protokol kesehatan, terutama pakai masker dan jauhi kerumunan. Untuk anak-anak usia balita memang belum ada vaksinasi namun jika sudah 6 tahun ke atas segera divaksinasi,” imbau Anggraini.
Perihal simpang siur antara kaitan vaksinasi dengan hepatitis misterius, Anggraini menegaskan hal tersebut tidak ada hubungannya.
“Tidak ada hubungan antara pemberian vaksin Covid-19 dengan kejadian hepatitis misterius, sudah terbukti di Inggris 75 persen justru anak-anak balita, yaitu populasi yang belum mendapatkan vaksin,” jelasnya.
Baca juga: Cara Kembalikan Berat Badan Ideal Setelah Libur Lebaran