TEMPO.CO, Jakarta - Setiap 30 Mei tiap tahunnya diperingati sebagai Hari Multiple Scleorosis (MS) Dunia. Multiple Sclerosis merupakan salah satu jenis penyakit autoimun pada sistem kekebalan tubuh. Kelainan ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh tidak mampu menjaga atau melindungi tubuh sehingga membuatnya terlalu aktif dan menyerang tubuh itu sendiri.
Penyakit ini pertama kali ditemukan pada 1882 oleh Sir Agustus D’este dari Inggris, Melansir multiplesclerosis.or.id, sistem kekebalan tubuh yang diserang pada multiple sclerosis secara spesifik adalah bagian pelindung saraf (myelin). A
pabila diibaratkan, keadaan myelin pada penderita MS digambarkan sebagai sebuah kabel yang lapisan pelindungnya rusak atau hancur. Rusaknya myelin ini menyebabkan berhentinya hantaran listrik ke sebuah barang elektronik sehingga membuat barang elektronik tersebut tidak bisa berfungsi dengan maksimal.
Hal tersebut juga terjadi pada penderita multiple sclerosis. Myelin yang rusak mengganggu jalannya penyampaian pesan dari otak ke berbagai bagian tubuh. Kondisi ini melahirkan berbagai gejala, seperti kesulitan bernapas, kesemutan, kelumpuhan, gangguan penglihatan, gangguan kognitif, dan lain sebagainya. Sebagaimana dijelaskan dalam digilib.yarsi.ac.id, dalam jangka panjang, gangguan MS dapat menyebabkan penurunan nilai neurologis dan cacat yang bersifat kronis dan progresif.
Mengutip jurnal.fk.unand.ac.id, penyakit ini umumnya diderita oleh kelompok pasien usia dewasa dengan rentang umur 30 sampai 40 tahun. Meskipun demikian, anak-anak juga menjadi kelompok yang rentan mengalami penyakit multiple sclerosis. Pada anak-anak, multiple sclerosis memiliki sejumlah variasi manifestasi klinis demielinisasi atipikal sehingga diagnosisnya melalui proses yang rumit.
Penyebab dari penyakit multiple sclerosis belum diketahui secara pasti. Namun, genetik (ras atau gender) dan faktor lingkungan (lokasi geografis atau paparan sinar matahari) turut dikaitkan dalam penyakit ini, sebagaimana dilansir dari digilib.yarsi.ac.id. Selain itu, pengobatan multiple sclerosis belum memiliki obat kuratif.
Umumnya perawatan multiple sclerosis dilakukan dengan kombinasi antara DMT (disease modifying theraphy) dan pengobatan simptomatik. Pengobatan simptomatik termasuk relaxan otot, antikonvulsan, antidepresan, dan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan kemih.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca: Memahami Multiple Sclerosis, Gejala dan Pengobatannya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.