Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cek Kelainan Kromosom pada Janin dengan Cara Berikut

Reporter

image-gnews
Seorang ibu mendapat pemeriksaan USG gratis yang diadakan oleh Rumah Zakat bagi 50 orang ibu hamil, Jakarta, Jumat (25/5). Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya kelainan pada ibu dan janin. TEMPO/Tony Hartawan
Seorang ibu mendapat pemeriksaan USG gratis yang diadakan oleh Rumah Zakat bagi 50 orang ibu hamil, Jakarta, Jumat (25/5). Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya kelainan pada ibu dan janin. TEMPO/Tony Hartawan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Deteksi awal kelainan kromosom pada janin mulai bisa terlihat dari hasil tes ultrasonografi (USG) di trimester pertama dengan memantau ketebalan cairan pada bagian leher janin. Spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas dari RS Pondok Indah Yassin Yanuar, menjelaskan Non-Invasive Prenatal Test (NIPT) merupakan metode pemeriksaan untuk menganalisis kromosom atau mendeteksi kelainan kromosom.

"Untuk memastikan kondisi janin positif atau negatif menderita kelainan kromosom, maka dokter akan menganjurkan tes tindak lanjut, salah satunya dengan NIPT," ujarnya.

Sebelum ada NIPT, Yassin mengatakan biasanya tenaga medis merencanakan tes dengan tindakan yang bersifat invasif untuk memastikan diagnosis kelainan kromosom tersebut. Tindakan invasif termasuk mengambil sampel air ketuban (amniosentesis) atau sedikit bagian dari plasenta (chorionic villus sampling).

Walau amniosentesis dan chorionic villus sampling bersifat invasif, Yassin mengatakan kedua tes tersebut nilai diagnosisnya memang lebih akurat dibanding NIPT karena menganalisis dari sampel sel janin. Meski begitu, ia juga mencatat kedua tes invasif dapat memiliki risiko.

“Yang namanya tindakan invasif itu kan melukai meskipun menggunakan jarum yang sangat kecil, selalu ada risiko satu sampai dua persen mengalami komplikasi,” kata Yassin.

Oleh sebab itu, untuk menghindari tindakan invasif, kini biasanya dokter akan menyarankan untuk melakukan tes NIPT dengan nilai diagnostik yang hampir mendekati 100 persen. Selain menghindari risiko komplikasi, Yassin mengatakan NIPT bermanfaat untuk para ibu hamil yang belum tentu kondisi janin yang dikandungnya positif mengalami kelainan kromosom dibanding harus melakukan tes amniosentesis atau chorionic villus sampling yang invasif.

“NIPT menjadi salah satu solusi yang cukup baik untuk meningkatkan deteksi rate dari 70-80 persen mencapai 90 persen tanpa tindakan invasif, cuma mengambil darah dari ibu,” katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peneliti senior dr. Ariel Pradipta menjelaskan prosedur NIPT dimulai dengan mengambil sampel darah pada ibu di usia kehamilan di atas 10 minggu. Selanjutnya, sampel darah akan diproses atau dianalisis di laboratorium.

“Proses pertama adalah mendapatkan bagian dari darah yang paling banyak materi genetiknya dan itu akan tercampur antara ibu dan anak. Setelah itu dilakukan next-generation sequencing, dibaca materi genetiknya oleh mesin,” terang Ariel.

Rangkaian analisis masih harus dilanjutkan melalui proses bio-informatika untuk membandingkan materi genetik antara ibu dan anak. Analisanya tidak hanya dilakukan oleh manusia melainkan juga dilakukan oleh algoritma untuk memastikan jumlah kromosom 13, 18, dan 21 pada janin, tidak berlebih dan tidak kurang pada kondisi normal.

Menurut Yassin, NIPT sebetulnya terbuka untuk ibu hamil mana pun. Namun ia menyarankan untuk diskusi mendalam terlebih dulu dengan dokter apakah memang dibutuhkan untuk melakukan tes tersebut. Selain itu, ia mengatakan ibu hamil juga perlu mengetahui beberapa kondisi tertentu yang memang disarankan untuk melakukan NIPT.

“Kita mesti melihat dulu pada kondisi apa seorang ibu hamil itu akan mengalami peningkatan risiko mengalami janin yang kelainan kromosom,” ujarnya.

Baca juga: Penyebab Genetik Autoimun Lupus Menurut Peneliti

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

1 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil berpikir. shutterstock.com
Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?


Pentingnya Suplemen Vitamin D Selama Masa Kehamilan

2 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil minum cukup air. (dok. Aqua)
Pentingnya Suplemen Vitamin D Selama Masa Kehamilan

Vitamin D3 berperan penting dalam pembentukan tulang, gigi dan otot janin. Kekurangan vitamin D3 selama masa kehamilan akan menyulut beragam risiko.


7 Rekomendasi Makanan Ibu Hamil Trimester Pertama yang Bagus untuk Janin

4 hari lalu

Ada beberapa rekomendasi makanan ibu hamil trimester pertama yang harus Anda ketahui. Namun, pastikan makanan sudah dicuci bersih dan matang. Foto: Canva
7 Rekomendasi Makanan Ibu Hamil Trimester Pertama yang Bagus untuk Janin

Ada beberapa rekomendasi makanan ibu hamil trimester pertama yang harus Anda ketahui. Namun, pastikan makanan sudah dicuci bersih dan matang.


15 Makanan Penghilang Mual untuk Ibu Hamil yang Wajib Dicoba

4 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil diet. Freepik.com/Our-team
15 Makanan Penghilang Mual untuk Ibu Hamil yang Wajib Dicoba

Saat hamil muda, Anda sebaiknya mengonsumsi makanan penghilang mual untuk ibu hamil. Baiknya konsumsi makanan sehat dan bergizi.


Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

5 hari lalu

Ilustrasi stunting. freepik.com
Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

Ibu hamil untuk menjaga nutrisi dan rutin memeriksakan kandungan untuk cegah stunting. Berikut saran yang perlu dilakukan.


Diselamatkan dari Rahim Ibunya yang Tewas dalam Serangan Israel, Bayi Sabreen Meninggal Dunia

7 hari lalu

Bayi perempuan Palestina, berhasil diselamatkan dari rahim ibunya Sabreen Al-Sheikh yang terbunuh dalam serangan Israel bersama suaminya Shokri dan putrinya Malak, terbaring di inkubator di rumah sakit Al-Emirati di Rafah di Jalur Gaza selatan 21 April 2024. Bayi tersebut ditempatkan di inkubator di rumah sakit Rafah bersama bayi lainnya. REUTERS/Mohammed Salem
Diselamatkan dari Rahim Ibunya yang Tewas dalam Serangan Israel, Bayi Sabreen Meninggal Dunia

Seorang bayi yang diselamatkan dari rahim ibunya yang sekarat setelah serangan udara Israel di Gaza selatan, dilaporkan meninggal pada Kamis.


Yang Perlu Disiapkan Ibu Hamil agar Persalinan Aman dan Lancar

9 hari lalu

Ilustrasi melahirkan. Shutterstock
Yang Perlu Disiapkan Ibu Hamil agar Persalinan Aman dan Lancar

Selain memahami bahaya persalinan, ibu hamil juga harus menyiapkan keperluan untuk membantu lancarnya proses kelahiran.


Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

12 hari lalu

Ilustrasi wanita depresi. (Pixabay.com)
Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

Gangguan mental pada ibu hamil perlu dikenali karena membuat perasaan tidak nyaman dan ada gangguan pada aktivitas sehari-hari.


Serangan Israel di Rafah Tewaskan 18 orang, Termasuk 14 Anak-anak

12 hari lalu

Warga Palestina menunggu untuk menerima makanan selama bulan suci Ramadan, saat konflik antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza 13 Maret 2024. REUTERS/Mohammed Salem
Serangan Israel di Rafah Tewaskan 18 orang, Termasuk 14 Anak-anak

Serangan brutal Israel pada Sabtu malam di Rafah menewaskan 18 orang, termasuk 14 anak-anak. Dokter berhasil menyelamatkan bayi dari jasad ibu hamil


Bagaimana Risiko Kehamilan pada Usia Terlalu Muda dan Terlalu Tua? Ini Penjelasan Wakil Dekan Kedokteran UI

12 hari lalu

Ilustrasi Kehamilan. TEMPO/Aditia Noviansyah
Bagaimana Risiko Kehamilan pada Usia Terlalu Muda dan Terlalu Tua? Ini Penjelasan Wakil Dekan Kedokteran UI

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran UI memaparkan sejumlah risiko kehamilan di luar usia 20-35 tahun. Kondisi itu memerlukan antisipasi lebih dini.