Gejala tersebut diikuti dengan tekanan darah rendah, syok akut, kebocoran pembuluh darah, dan gagal ginjal akut. Keparahan gejala dipengaruhi oleh faktor virus yang menginfeksi. Biasanya yang menunjukkan gejala paling parah adalah virus hantaan dan doubrava, sedangkan virus seoul, saaremaa, dan puumala lebih ringan. Meski begitu pemulihan dari gejalanya membutuhkan waktu lama, dari hitungan minggu bahkan bulan.
Penularan HPS juga tidak berbeda jauh dengan HFRS yang melalui transmisi langsung, namun virus yang menyebabkan HPS juga dapat bertransmisi melalui udara. Virus yang terkandung dalam urin, kotoran, dan sarang dari tikus mengkontaminasi udara menyebar dan terhirup. HPS juga berbeda dengan HFRS karena penularan tidak terjadi pada antar manusia.
Tikus rusa menjadi tersangka utama dalam menyebarkan hantavirus yang menjadikan HPS.
HPS yang awalnya hanya ditemukan di Amerika Serikat saja kini bisa ditemui di beberapa negara lain termasuk Kanada, Argentina, Bolivia, Brasil, Chile, Panama, Paraguay, dan Uruguay.
Gejala awal yang dirasakan saat terinfeksi HPS terlihat seperti gejala flu, kelelahan, dan nyeri otot pada paha, pinggul, punggung dan bahu. Beberapa orang juga mengalami sakit kepala, kedinginan, dan masalah pada perut seperti mual, muntah, dan diare. Saat gejala semakin parah, orang yang terinfeksi akan merasakan batuk parah dan sesak napas. Bahkan paru-paru pada pasien HPS juga berisi cairan sehingga beberapa merasa seperti dadanya terikat dan wajahnya ditekan oleh bantal.
Infeksi dari Hantavirus atau virus tikus ini dapat berpotensi menyebabkan kematian meski tingkat fatalitasnya tidak terlalu tinggi. Melansir dari Mayoclinic.org, fatalitasnya berkisar 30-50 persen. Komplikasi yang muncul bisa berupa kegagalan jantung dalam mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh.
TATA FERLIANA
Baca juga : Penyakit Leptospirosis Langganan Saat Musim Hujan, Apa Bahayanya?