Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

image-gnews
Ilustrasi banjir. Dok. TEMPO/M. Iqbal Ichsan
Ilustrasi banjir. Dok. TEMPO/M. Iqbal Ichsan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap musim hujan, masyarakat di berbagai belahan dunia diingatkan tentang ancaman penyakit yang serius, yakni leptospirosis. Penyakit ini muncul ketika bakteri leptospira masuk ke tubuh manusia melalui air atau tanah yang terkontaminasi oleh urin hewan yang terinfeksi.

Meskipun sering dianggap sepele, leptospirosis dapat menjadi penyakit yang mematikan jika tidak diobati dengan cepat dan tepat. Sebagai penyakit yang menular dari hewan ke manusia, kencing hewan seperti tikus, merupakan sumber utama penularan leptospirosis.

Gejala Leptospirosis

Biasanya, tanda-tanda leptospirosis akan muncul dalam rentang waktu 5 hingga 14 hari setelah individu terinfeksi bakteri leptospira. Namun, periode ini dapat bervariasi dari 2 hingga 30 hari setelah terjadi infeksi, dengan rata-rata sekitar 10 hari setelah paparan awal. 

Secara umum, gejala awal leptospirosis seringkali menyerupai gejala flu biasa. Ini termasuk demam tinggi, sakit kepala, menggigil, nyeri otot, muntah, kehilangan nafsu makan, dan bahkan kemungkinan timbulnya ruam di kulit. Gejala ini bisa berkembang lebih lanjut dan bervariasi dalam tingkat keparahan. 

Leptospirosis dapat didefinisikan dalam tiga kriteria, diantaranya ialah:

1. Kasus Suspect

Kasus suspect ditandai dengan demam akut yang disertai nyeri kepala, meskipun ada juga yang tidak mengalami nyeri kepala. Selain itu, gejala lainnya juga termasuk nyeri otot, kelemahan (malaise), pembengkakan pada konjungtiva mata, serta adanya riwayat paparan faktor-faktor yang dapat menyebabkan leptospirosis dalam dua minggu terakhir. 

2. Kasus Probable

Sebuah kasus dianggap porbable jika kasus yang dicurigai memiliki dua gejala klinis dari tanda-tanda seperti nyeri pada otot betis, tanda-tanda pendarahan, kesulitan bernapas, aritmia jantung, batuk dengan atau tanpa darah dalam dahak, serta adanya ruam pada kulit.

3. Kasus konfirmasi

Kasus yang terkonfirmasi terjadi ketika kasus yang berpotensi disertai dengan salah satu dari beberapa gejala, termasuk isolasi bakteri leptospira dari sampel klinis, hasil positif dari tes PCR, atau perubahan positif dalam uji MAT dari negatif menjadi positif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apakah Leptospirosis berbahaya?

Dalam beberapa situasi, seseorang yang terinfeksi penyakit ini mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda. Namun, leptospirosis dapat menyebabkan sejumlah gejala dan dalam kasus yang parah, penyakit ini dapat mengakibatkan kondisi serius seperti kerusakan hati dan ginjal, meningitis, gangguan pernapasan, dan bahkan kematian.

Dilansir dari laman Pertanian.kulonprogokab.go.id, leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang memiliki potensi bahaya signifikan bagi manusia, karena dapat berujung pada kematian. 

Risiko tertular leptospirosis bisa diminimalkan dengan menghindari berenang atau berendam di air yang tercemar oleh urine hewan. Selain itu, penting untuk menghindari kontak langsung dengan hewan yang mungkin terinfeksi. Jika interaksi dengan air atau tanah yang terkontaminasi bakteri ini tidak dapat dihindari, disarankan untuk menggunakan pakaian pelindung atau alas kaki.

Bagaimana penularan Leptospirosis?

Kencing tikus atau kotoran hewan ternak yang terinfeksi oleh bakteri leptospira dapat menular ke tubuh manusia melalui tiga cara utama, yakni:

  • Kontak Langsung: Bakteri leptospira dapat memasuki tubuh manusia melalui kulit yang terbuka seperti luka yang terkena air atau tanah yang terkontaminasi oleh kencing tikus atau kotoran hewan ternak lainnya.

  • Konsumsi makanan dan minuman: Misalnya, ketika manusia mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri leptospira dari kencing tikus. Hal ini juga dapat terjadi karena kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan.

  • Inhalasi : Misalnya dengan menghirup aerosol kencing dari tikus yang terinfeksi bakteri leptospira. 

SHARISYA KUSUMA RAHMANDA  I  NAOMY A. NUGRAHENI  I  HARIS SETYAWAN I PUSPITA AMANDA SARI

Pilihan Editor: Leptospirosis Kerap Muncul di Musim Hujan, Hati-hati Tertular

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

5 jam lalu

Ilustrasi tikus. mirror.co.uk
Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

Biasanya, ketika melakukan penelitian dalam dunia medis, peneliti kerap menggunakan tikus. Lantas, mengapa tikus kerap menjadi hewan percobaan?


Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

22 jam lalu

Kelinci yang menjadi alat uji ilmiah. shutterstock.com
Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:


IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

1 hari lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.


Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

4 hari lalu

Ilustrasi anak minum obat. shutterstock.com
Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

Berikut saran memberikan obat demam pada anak sesuai dosis dan usia serta agar tak dimuntahkan lagi.


Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

4 hari lalu

Ilustrasi anak minum obat. shutterstock.com
Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

Parasetamol dapat diberikan ketika suhu anak 38 derajat Celcius ke atas atau sudah merasakan kondisi yang tidak nyaman.


Ketahui Manfaat dan Risiko Terapi Ikan

5 hari lalu

Kolam terapi ikan di Setu Babakan, Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, dibuka gratis untuk masyarakat mulai Selasa (25/8/2020).(ANTARA/HO-Kominfotik Jakarta Selatan)
Ketahui Manfaat dan Risiko Terapi Ikan

Terapi ikan bisa menghilangkan sel kulit mati, namun dapat berbahaya jika kebersihan kolam tidak terjaga.


Hindari Pendarahan, Ini yang Perlu Diperhatikan Pasien Hemofilia

9 hari lalu

Hidup Normal dengan Hemofilia
Hindari Pendarahan, Ini yang Perlu Diperhatikan Pasien Hemofilia

Hemofilia terjadi karena adanya gangguan dalam pembekuan darah. Penderita dapat mengalami pendarahan meski tidak terjadi trauma.


Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

13 hari lalu

Ilustrasi pria menggunakan ponsel di toilet. buzznigeria.com
Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

Penelitian menyebut kebiasaan main ponsel di toilet tentu saja tidak baik karena membuat tubuh lebih mudah terpapar bakteri dan kuman berbahaya.


Komplikasi dan Cara Pencegahan HFMD, Potensi Tinggi Menular Selama Libur Lebaran 2024

14 hari lalu

Ilustrasi cuci tangan. pixabay.com
Komplikasi dan Cara Pencegahan HFMD, Potensi Tinggi Menular Selama Libur Lebaran 2024

Hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau flu Singapura yang menyerang selama libur Lebaran 2024 sebabkan komplikasi penyakit lain. Ini pencegahannya


Gejala dan Penyebab HFMD yang Kasusnya Meningkat Selama Libur Lebaran

14 hari lalu

Flu Singapura.
Gejala dan Penyebab HFMD yang Kasusnya Meningkat Selama Libur Lebaran

Flu Singapura atau HFMD mengalami peningkatan selama mudik atau libur Lebaran 2024. Apa gejala dan penyebab dari penyakit ini?